BERITACIKARANG.COM, SUKAWANGI – Dampak fenomena El Nino, ribuan hektare lahan pertanian atau sawah di Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi alami kekeringan. Kondisi ini sudah berlangsung selama satu bulan terakhir.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jeri Kurniawan mengatakan di wilayahnya ada sekitar lebih dari 150 hektare lahan pertanian atau sawah yang mengalami kekeringan.
“Kalau se-kecamatan ada sekitar 4.700 haktare sawah, kalau desa Sukaringin ya kurang lebih 150 haktare,” kata dia, Selasa (22/08).
Selain karena fenomena El Nino atau tidak turunnya hujan, kekeringan juga disebabkan karena para petani kesulitan mendapatkan pasokan air dari aliran sungai irigasi yang juga mengering.
“Jadi bingung engga ada hujan-hujan, saluran irigasi kering jadi engga ada air buat sawah,” katanya.
BACA: Kabupaten Bekasi Antisipasi Dampak Fenomena El Nino
Jeri mengaku petani juga sempat mencari sumber air sendiri dengan cara membuat sumur bor dengan peralatan seadanya. Akan tetapi pihaknya juga alami kesulitan karena pasokan airnya terbatas. Akibatnya, tanaman padi yang ditanam tidak tumbuh dengan baik.
“Ini para petani harus merugi, kerugian mulai Rp 5 juta sampai Rp 7 juta dari setiap hektar sawah yang digarap para petani,” kata dia.
Petani Swadaya Bendung Kali CBL
Menurutnya, satu-satunya solusi yang harus dilakukan adalah dengan memperbaiki bendungan air Kali CBL di Desa Kalijaya, Kecamatan Cikarang Barat yang rusak. Jika bendungan berfungi, dirinya meyakini debit air dapat dijaga untuk dapat mengaliri saluran irigasi ke wilayah utara Kabupaten Bekasi.
“Kuncinya itu di titik bendungan Kali CBL wilayah Kalijaya Cikarang Barat dan Sukajaya Cibitung. Kalau dapat dibendung dengan baik, air dapat diarahkan ke saluran-saluran irigasi ke area persawahan di utara Kabupaten Bekasi. Sekarang ini kan airnya ngegelontor ke laut semuanya,” kata dia.
Jeri mengaku para petani di desanya terpaksa harus bergotong-royong membuat bendungan secara manual dengan biaya swadaya. Bendungan dibuat dari bahan seadanya mulai bambu-bambu, maupun batu bronjong.
“Tapi kan sulit juga ya, harus pakai alat berat dan juga material yang kuat. Dan ini pemerintah daerah harus turun tangan,” jelas dia.
Selama ini, kata Jeri, pemerintah daerah selalu beralasan itu bukan kewenangannya, melainkan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). “Tapi harusnya bisa dong komunikasi dan tekan ke pemerintah pusat untuk tangani ini. Karena persoalan ini terjadi tiap tahun,” katanya.
Kekeringan Lahan Pertanian di 13 Kecamatan
Sementara itu Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Nayu Kulsum mengatakan pihaknya saat ini telah menginventarisir persawahan yang mengering dan saluran irigasi yang mengalami kekeringan dan kerusakan akibat dampak fenomema El-Nino.
“Kami sudah inventaris lahan-lahan yang mengalami kekeringan khususnya di wilayah utara Kabupaten Bekasi seperti Cabangbungin, Sukawangi, Sukatani hingga Sukakarya. Data sementara ada di 13 kecamatan,” kata Nayu.
Selain inventarisir, Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi juga berkoordinasi dengan instansi lain untuk menanggulangi kekeringan di Kabupaten Bekasi.
“Kami inventaris dan juga beberapa jaringan irigasi yang mengalami kerusakan. Kita inventaris juga kita komunikasikan dengan pihak terkait,” ujar Nayu.
Kemudian untuk mengurangi resiko petani gagal tanam. Pihaknya akan memberikan bantuan benih atau bibit bagi petani terdampak.
“Kami juga Insyaallah untuk dinas sendiri menyediakan mendrop untuk membantu pertanian itu adalah pompa, tinggal sumber airnya. Kita nanti bersinergi berkomunikasi dengan Perum Jasa Tirta (PJT) sebagai pihak penyedia air,” ucapnya. (dim)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS