Buruh di Kabupaten Bekasi Curhat Soal UMSK Molor ke Ridwan Kamil

Kang Emil saat berdialog dengan buruh di PT. Dynaplast Jababeka, Selasa (22/05).
Kang Emil saat berdialog dengan buruh di PT. Dynaplast Jababeka, Selasa (22/05).

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG UTARA  – Buruh pabrik PT Dynaplast mengeluhkan soal Upah minimun sektoral kota (UMSK) yang keputusannya molor tahun ini. Selain itu, mereka juga mempertanyakan program unggulan kandidat Gubernur Jabar nomor urut 1 Ridwan Kamil untuk buruh jika terpilih sebagai gubernur Jabar 2018.

“Kami minta kalau Pak Ridwan Kamil jadi Gubernur, supaya UMSK bisa diputuskan Januari. Agar tidak ada  lagi rapelan,” kata Muhaimin, Sekretaris SPSI Dynaplast kepada Ridwan Kamil yang berkunjung ke produsen kemasan plastik di kawasan Jababeka itu, Selasa (22/05).

Bacaan Lainnya

Menurut dia, Pemerintah Provinsi selalu telat memutuskan UMSK. Padahal buruh menunggu keputusan tersebut segera. Seperti tahun 2018, UMSK baru diputuskan bulan Maret. “Sehingga kekurangan upah bulan Januari dan Februari dirapel. Ke depan buruh ingin Gubernur bisa tetapkan UMSK di awal tahun, yakni bulan Januari,” kata Muhaimin

Mendengar keluhan tersebut Ridwan Kamil menyatakan, persoalan UMSK akan jadi perhatian Gubernur ke depan. “Tidak akan dilama-lamakan, kalau menyangkut persoalan kesejahteraan buruh,” ujar pria yang akrab disapa Kang Emil dihadapan ratusan buruh PT Dynaplast.

Untuk meningkatkan kesejahteraan buruh, kata Kang Emil, tidak harus menaikkan upah, tapi bisa dengan menurunkan pengeluarannya. Caranya, pemerintah harus turun tangan.

Di Bandung, tahun 2017, lanjut Kang Emil, tidak ada demo buruh. Karena Wali Kotanya mendengar aspirasi buruh. Ketika 1/3 upah buruh habis untuk transportasi maka, di Bandung, buruh difasilitasi bus gratis sehingga pengeluaran untuk transportasi bisa ditabung. Untuk buruh yang rumahnya jauh dari pabrik, disediakan bus gratis.

Ia merinci, beban transportasi buruh meliputi beli kendaraan, bahan bakar minyak menyesuaikan tempat tinggal dengan tempat bekerja. Menurut dia, buruh saat ini tidak efesien karena jarak tempat kerja dengan tempat tinggal cukup jauh. “Kerja di Kabupaten Bekasi, tinggalnya di Kota Bekasi,” kata dia.

Ia mengatakan, selain membuat tidak efisien, jarak yang jauh juga membuat buruh stres. Sebab, perjalanan membutuhkan waktu tak sedikit, belum lagi ketika jalan yang dilintasi macet. Sehingga waktu santai bersama dengan keluarga cukup sedikit karena habis di jalan.

Karena itu, Kang Emil akan menggagas apartemen untuk buruh di sekitar tempatnya bekerja. Konsep itu diterapkan di Cina, dimana tempat tinggal buruh dengan perusahaan berdampingan. “Berangkat kerja tinggal jalan kaki atau naik sepeda,” kata dia.

Tak hanya itu, untuk mengurangi beban buruh, di Bandung  saya juga buat aplikasikasi belanja murah bagi buruh. Sehingga buruh dapat membeli sembako dengan harga grosir,” kata Kang Emil.

Program Rindu (Ridwan Kamil – Uu Ruzhanul Ulum) untuk buruh adalah, meningkatkan kesejahteraan buruh dengan membangun perumahan, rusun atau apartemen bagi buruh yang lokasinya tidak jauh dari pabrik atau di lingkungan industri.

Membangun sekolah dekat lokasi pabrik untuk. anak – anak buruh. Untuk warga lokal yang merasa tersaingi oleh pendatang karena sulit mendapat pekerjaan, juga harus dicarikan solusinya. Masalah warga lokal adalah  tak mempunyai skill untuk bekerja di pabrik, maka Rindu, kata Kang Emil, akan meminta pabrik membuat training center untuk tingkatkan skill warga lokal. “Mereka ditraining 3 bulan, setelah punya skill bisa dipekerjakan di pabrik tersebut,” ujar Kang Emil.

Menurut Kang Emil, menaikkan UMR/UMK ada batasnya. Karena masalah tersebut, banyak pemilik industri memindahkan pabriknya ke Jateng dan Jatim karena buruh di sana murah. Nilai upah selisih Rp 1,5 juta dibanding di Bekasi.

“Padahal kita bisa sejahtera, tanpa harus  upah naik, tapi bisa dengan menurunkan pengeluaran, seperti yang dilakukan di Kota Bandung,” kata dia.

Mendengar paparan Kang Emil, Muhaimin berharap Kang Emil dapat mewujudkan kesejahteraan buruh dengan menyediakan bus gratis, sembako murah, perumahan dan sekolah dekat pabrik hingga meningkatkan skill buruh melalui training center.

“Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) harus ada kepastian. Kalau masalah upah itu  keputusan pemerintah, tapi pemimpin seperti Kang Emil kan punya cara baru untuk mensejahterakan buruh dengan mengurangi pengeluaran buruh, saya salut dengan ide Kang Emil,” ujar Muhaimin. (BC)

Pos terkait