Soal Safari Budaya, Damin Sada : Neneng Takut Terbongkar Sandiwara dan Air Mata Buayanya

Damin Sada saat ditenangkan oleh anggota Polsek Sukatani lantaran mencoba merangsek naik ke atas panggung untuk bertemu Dedi Mulyadi di acara Safari Budaya, Kamis (01/09) malam.
Damin Sada saat ditenangkan oleh anggota Polsek Sukatani lantaran mencoba merangsek naik ke atas panggung untuk bertemu Dedi Mulyadi di acara Safari Budaya, Kamis (01/09) malam.

BERITACIKARANG.COM, TAMBUN UTARA – Meskipun telah mendapatkan penolakan keras dari Ormas Islam di Kabupaten Bekasi, Bupati Bekasi masih saja menggelar Safari Budaya bersama ‘Dangiang Ki Sunda’ Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi seperti halnya yang dilakukan di Lapangan Sepak Bola Sampora, Jl. Raya Pasir Randu, Desa Jaya Smpurna, Kecamatan Serang Baru pada Senin (05/09) malam.

BACA : Safari Budaya Kental Unsur Politis, Damin Sada tantang Dedi Mulyadi Jelaskan Arti Sampurasun

Bacaan Lainnya

Tokoh Solidaritas Islam Jawara Bekasi, Damin Sada mengaku sangat menyesal dengan sikap yang ditunjukan Neneng Hasanah Yasin.

“Ya itulah salah satu sipat Neneng, cuek!  Cuek melihat kemiskinan, cuek nasehat orang, cuek lihat kemacetan, cuek lihat pengangguran, cuek peredaran narkoba nah timbulah pribadi egois, arogan dan songong,” kata Damin.

BACA : FPI Bekasi Raya Tolak Dedi Mulyadi di Kabupaten Bekasi

Dia memprediksi pengalaman Bupati Bekasi periode 2004-2009, Saleh Manaf akan dialami oleh Neneng di era kepemimpinannya saat ini. “Ini mungkin pengalaman Bupati saleh manap akan terjadi pada Neneng cuma pak Saleh Manap gak sombong dan songong,” kata dia.

Pada saat jadi Bupati, kata Damin, Saleh Manaf juga bersafari ke semua Kecamatan di Kabupaten Bekasi. Setelah kegiatan safarinya mau berakhir, dia berhenti jadi Bupati. “Persoalan cara apa dia berhenti itu lain soal dan ini mudah mudahan terjadi pada Neneng 6 bulan mau berakhir jadi Bupati dia keliling,” ujar Damin.

Dia sangat berharap Safari Budaya yang dilakukan Bupati Bekasi bersama Dedi Mulyadi menjadi pertanda pamitnya Neneng kepada masyarakat. “Mudah-mudahan ini jadi pertanda dia sedang pamit kepada masyarakat karena sebentar lagi tidak jadi Bupati. Kita biarkan saja sisa program sedih sedihan dan sawer sawer berakhir,” kata dia.

Dia pun menceritakan pengalamannya ditelfon Dedi Mulyadi yang meminta maaf lantaran tidak bisa menemuinya saat acara Safari Budaya pada Kamis, 1 September 2016 lalu di Kecamatan Sukatani.

“Jadi saya di bel Dedi,dia minta maap tidak bisa bertemu saya karena memang program itu mutlak program Neneng dan yang lebih ketakutaan lagi  adalah karena Neneng takut terbongkar  sandiwara dan air mata buayanya di depan masyarakat!” kata Damin. (BC/MRW)

Pos terkait