BERITACIKARANG.COM, MUARAGEMBONG – Ratusan nelayan di Kecamatan Muaragembong menggelar ritual Pesta Laut dengan cara melarung sesaji ke tengah laut. Ritual ini merupakan wujud rasa syukur para nelayan atas hasil tangkapan ikan yang diperoleh selama ini. Adapun sesaji yang dilarung ke tengah laut diantaranya, terdiri dari kepala kerbau dan hasil bumi lainnya.
Wakil Ketua Panitia Pesta Laut, Zainudin (70) menjelaskan ritual tersebut merupakan tradisi atau budaya yang sudah dilakukan secara turun-temurun dan dilaksanakan selama dua tahun sekali.
“Ini adalah bentuk rasa syukur kami atas segala berkah dan rezeki yang kami peroleh selama melaut. Dan perlu diketahui ini bukannya musyrik melainkan hanya bentuk kebudayaan yang diperoleh dari leluhur kami,” ucapnya, Senin (28/08).
Dijelaskan olehnya, usai sesaji dilarung ke tengah laut para nelayan kemudian memperebutkannya karena sesaji tersebut diyakini akan memberikan peruntungan bagi yang mendapatkannya.
“Kami berkeyakinan bahwa sesaji tersebut akan mendatangkan keberkahan bagi yang memperolehnya. Karena kalimat yang kami baca merupakan lafadz Allah dan solawat,” kata dia.
Adapun acara yang dikenal dengan nama ‘Nadran’ itu, kata Zainudin, merupakan dasar dari kata nazar. “Jadi dulu Nadran yang kami laksanakan dua tahun sekali ini, menurut cerita orang tua saya adalah sebagai nazar leluhur nelayan untuk memberikan hasil panen kepada penghuni laut,” ucapnya.
Adapun yang dimaksud penghuni laut, sambungnya, adalah mahluk hidup yang ada di laut. “Sementara filosofi kepala kerbau berawal ketika kerbau dipotong oleh kami dan dagingnya dinikmati masyarakat (nelayan). Sementaranya kepalanya, karena saar itu tidak ada yang bisa memasaknya, dibuang ke tengah beserta makanan lainnya,” kata dia
Sementara itu Camat Muaragembong Fahruroji mengatakan kegiatan Nadran dari tahun ketahun sudah semakin ramai, serta sudah makin banyak partisipasi masyarakat untuk kesuksesan ritual syukuran demi mendapatkan keberkahan sebagai nelayan.
”Kami secara institusi terus mendorong supaya kegiatan ini bisa dilakukan setiap tahun, bukan dua tahun sekali,” kata dia saat ditemui usai mengikuti ritual Nadran.
Pantauan BERITACIKARANG.COM, ritual Nadran yang dimeriahkan lebih dari 300 perahu kecil maupun besar itu berlangsung meriah. Masyarakat di Kp. Muara Bendera, Desa Pantai Bahagia begitu antusias mengikuti budaya yang sudah dilaksanakan sejak puluhan tahun lalu itu. (CR)