Proyek Pembangunan Tanggul Sungai Citarum Bikin Retak Rumah Warga

Para pekerja proyek tengah bekerja memasang tiang pancang atau sheet pile menggunakan alat berat tepat di samping rumah Suryati, warga Kp. Teluk Ambulu RT 03/01 Desa Jayalaksana Kecamatan Cabangbungin, Kamis (22/02) siang.
Para pekerja proyek tengah bekerja memasang tiang pancang atau sheet pile menggunakan alat berat tepat di samping rumah Suryati, warga Kp. Teluk Ambulu RT 03/01 Desa Jayalaksana Kecamatan Cabangbungin, Kamis (22/02) siang.

BERITACIKARANG.COM, CABANGBUNGIN  – Proyek pembangunan tanggul Sungai Citarum yang dikerjakan PT Wijaya Karya (Wika) menyisakan masalah. Pasalnya, rumah warga banyak yang temboknya retak. Bahkan, beberapa diantaranya sudah goyang dan nyaris ambruk.

Rumah warga yang terdampak proyek pembangunan tanggul banjir Sungai Citarum ini berada di Kp. Teluk Ambulu RT 03/01 Desa Jayalaksana Kecamatan Cabangbungin.

Bacaan Lainnya

“Rumah saya sudah pada retak – retak. Coba abang masuk kedalam, ini tembok kamar rumah udah retak,” kata Suryati, salah seorang warga sambil menujuk ke arah dinding kamar rumahnya, Kamis (22/02) siang.

Selain dinding kamar, tembok bagian dapur di belakang rumahnya juga mengalami hal yang sama. “Ini tembok rumah saya sampe goyang, apalagi kalo pas mesin paku bumi (alat pemasang sheet pile-red) sedang bekerja. Saya nggak berani ada di dalam rumah karena takut ambruk. Mana suaranya kenceng bangat lagi,” keluhnya.

Hal yang sama disampaikan Konan (65), warga yang lain. Semenjak adanya pembangunan tanggul banjir di bantaran Sungai Citarum, tembok rumah warga banyak yang retak.

Pelaksana proyek, sambungnya, sudah mengetahui bahkan sempat mendokumentasikan rumah warga yang terdampak. Namun sayangnya, hingga saat ini belum ada ganti rugi yang diterima oleh warga.

“Waktu itu rumah saya,rumah anak saya dan beberapa rumah tetangga saya di poto -poto. Katanya mau di laporin ke atasannya tetapi sampe saat ini, sudah hampir dua bulan lebih gak ada kabar beritanya,” kata dia.

Konan berharap agar pelaksana proyek dapat secepatnya bertanggung jawab dengan memberikan ganti rugi. “Kalo harapan saya ya untuk ganti ruginya juga kudu sesuai. Kan pasir, semen sama tenaga kerja juga kudu dibayar pake duit ya klo emang ganti ruginya sesuai ya saya terima tapi kalo cuma di kasih duit seratus dua ratus rebu ya buat apaan, gak kan ada artinya,” kata dia.

Dirinya sudah mencoba untuk mempertanyakan persoalan ini langsung ke pihak PT. Wijaya Karya dan bertemu dengan salah seorang pegawainya yang bernama Fikri. “Kalo nggak salah namanya Pak Pikri. Dia yang tukang ngegaji yang kerja disini, tapi jawabannya suruh sabar aja. Masa iya saya kudu sabar aja sementara ini udah mau rubuh. Apa kudu nunggu rumah di sini pada ambruk dulu baru di kasih ganti rugi?,” sindirnya dengan nada kesal.

Hingga tulisan ini dibuat, penanggung jawab pelaksana proyek pembangunan tanggul tersebut belum bisa dimintai keterangan. Petugas kemanan di Kantor perwakilan PT. Wijaya Karya yang berada di Desa Jayasakti Kecamatan Muaragembong mengatakan bahwa yang bersangkutan sedang ada tamu dan tidak bisa ditemui. (BC)

Pos terkait