Aksi Solidaritas untuk Band Sukatani Digelar di Cikarang

Puluhan massa yang terdiri dari mahasiswa, seniman, generasi muda, dan elemen masyarakat lainnya menggelar aksi solidaritas untuk mendukung grup Band Sukatani di area parkir Taman Sehati, Komplek Stadion Wibawamukti, Kelurahan Sertajaya, Kecamatan Cikarang Timur pada Sabtu (22/02) siang.
Puluhan massa yang terdiri dari mahasiswa, seniman, generasi muda, dan elemen masyarakat lainnya menggelar aksi solidaritas untuk mendukung grup Band Sukatani di area parkir Taman Sehati, Komplek Stadion Wibawamukti, Kelurahan Sertajaya, Kecamatan Cikarang Timur pada Sabtu (22/02) siang.

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG TIMUR – Puluhan massa yang terdiri dari mahasiswa, seniman, generasi muda, dan elemen masyarakat lainnya dari berbagai komunitas menggelar aksi solidaritas untuk mendukung grup Band Sukatani. Aksi yang digelar di area parkir Taman Sehati, Komplek Stadion Wibawamukti, Kelurahan Sertajaya, Kecamatan Cikarang Timur pada Sabtu (22/02) siang ini bukan sekadar dukungan biasa, melainkan sebuah protes terhadap tindakan represif yang semakin sering menimpa dunia seni di Indonesia.

Koordinator aksi, Alfiansyah, dengan tegas menyampaikan bahwa gerakan ini adalah bentuk kritik terhadap pemerintah yang dinilai semakin represif terhadap karya seni. Ia menyoroti berbagai kasus serupa yang telah terjadi sebelumnya, seperti pencekalan pentas teater Payung Hitam hingga grup band Sukatani. Menurutnya, tindakan semacam ini mencerminkan kemunduran demokrasi dan menjadi ancaman serius bagi kebebasan berekspresi.

Bacaan Lainnya

“Gerakan ini sebagai bentuk kritik terhadap negara yang semakin ugal-ugalan membungkam karya seni,” kata dia.

BACA: Halo-halo Bandung Jadi Helo Kuala Lumpur, Akun Youtube Malaysia Kena Julid

Ia menambahkan bahwa seni adalah salah satu cara masyarakat menyuarakan isi hati dan pikirannya. Ketika seni dibungkam, maka suara masyarakat pun ikut terbungkam. Hal ini, menurutnya, bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi kebebasan berekspresi.

“Bagi kami ini adalah kemunduran demokrasi karena karya seni semakin dibungkam,” ujarnya.

Aksi solidaritas ini tidak hanya menjadi ajang protes, tetapi juga wadah untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Para peserta aksi berharap agar tindakan represif terhadap seni segera dihentikan. Mereka ingin pemerintah lebih menghargai karya seni sebagai bentuk ekspresi masyarakat yang sah dan tidak melanggar hukum.

“Kalo caranya seperti ini bagaimana masyarakat bersuara. Kami berharap jangan sampai ada peristiwa pembungkaman seperti ini lagi,” ujarnya.

Sebelumnya, grup band bergenre punk asal Purbalingga, Sukatani, mengumumkan penarikan lagu berjudul “Bayar Bayar Bayar” dari semua platform pemutar musik. Lagu ini sebelumnya menjadi perhatian publik karena liriknya yang berisi kritik terhadap institusi kepolisian. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh dua personel Sukatani melalui unggahan di akun media sosial resmi mereka @sukatani.band, pada Kamis, 20 Februari 2025.

Dalam unggahan tersebut, dua personel Sukatani, Muhammad Syifa Al Lufti (gitaris) dan Novi Citra Indriyati (vokalis), tampil tanpa topeng untuk pertama kalinya. Hal ini cukup mengejutkan para penggemar, mengingat selama ini mereka memilih untuk tetap anonim di depan publik.

“Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolri dan institusi Polri atas lagu ciptaan kami dengan judul Bayar Bayar Bayar, yang dalam liriknya (ada kata) bayar polisi yang telah kami nyanyikan sehingga viral di beberapa platform media sosial,” kata Lutfi.

Respon Polri

Dikutip dari Tempo, di Jakarta, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan kepolisian tidak pernah memerintahkan band Sukatani menarik lagu mereka yang berjudul “Bayar Bayar Bayar”. Trunoyudo mengklaim Polri tidak antikritik dan terus berupaya menjadi organisasi yang modern.

“Komitmen dan konsistensi, Polri terus berupaya menjadi organisasi yang modern yaitu Polri Tidak Anti Kritik,” kata Trunoyudo kepada Tempo melalui pesan tertulis, Kamis, 20 Februari 2025.

Trunoyudo mengatakan sikap menerima kritikan itu menjadi semangat Polri di bawah pimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Dia mengatakan, Kapolri kerap mengingatkan anak buahnya untuk menerima setiap masukan dan kritikan. “Kapolri selalu menegaskan hal tersebut kepada seluruh jajaran,” ujarnya. (RIZ/DIM)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pos terkait