Pemkab Bekasi Berkomitmen Perbaiki 2.000 Rutilahu Tahun Ini

Nalin (49) warga Kp. Pangkalan Poncol RT 01/06 Desa Sukamekar Kecamatan Sukawangi saat merapatapi rumahnya yang tiba-tiba roboh pada Rabu (14/02) malam setelah diguyur hujan deras dan diterjang angin kencang.
Nalin (49) warga Kp. Pangkalan Poncol RT 01/06 Desa Sukamekar Kecamatan Sukawangi saat merapatapi rumahnya yang tiba-tiba roboh pada Rabu (14/02) malam setelah diguyur hujan deras dan diterjang angin kencang.

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT  – Pemerintah Kabupaten Bekasi memastikan program perbaikan rumah tidah layak huni (rutilahu) dilanjutkan tahun ini. Sedikitnya 2.000 rumah rusak masuk dalam target perbaikan dalam program bertajuk Bekasi Benah Nata Rumah (Bebenah).

“Tahun ini kembali dilanjutkan program perbaikan rutilahu setelah sempat terkendala. Untuk mengejar target 5.000 rumah di 2022 mendatang, maka tahun ini sudah ditetapkan rumah yang bakal diperbaiki sebanyak 2.000 rumah,” kata Kepala Bidang Perumahan pada Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan Kabupaten Bekasi, Budi Setiawan, Minggu (28/06).

Bacaan Lainnya

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bekasi 2017-2022, Pemkab Bekasi menargetkan perbaikan 5.000 rutilahu. Jumlah itu ditargetkan selesai pada 2022 mendatang.

“Target kami di setiap tahun ada 1.000 rumah yang diperbaiki. Hanya saja dalam perjalanannya terdapat sejumlah kendala,” ucap Budi.

Menurut Budi, memasuki tahun ketiga, baru sekitar 250 rutilahu yang berhasil diperbaiki. Sehingga masih terdapat 4.750 rutilahu yang belum diperbaiki. “Makanya mulai tahun ini ada 2.000 rutilahu, kemudian di 2021 ada 2.500 rutilahu lainnya yang juga diperbaiki. Asumsinya di 2022, dengan sisa hanya 250 rumah lagi bisa diperbaiki,” ucap dia.

Budi mengatakan, perbaikan rutilahu tidak termasuk dalam program yang terkena refocusing sehingga anggaran tidak dialihkan untuk penanganan covid-19. Total anggaran perbaikan 2.500 rutilahu itu mencapai Rp 40 miliar.

“Untuk rutilahu ini tidak dipangkas karena merupakan belanja tidak langsung. Jadi programnya dapat terlaksana,” ucap dia.

Dengan anggaran tersebut, lanjut dia, setiap rutilahu akan mendapat Rp 20 juta. Anggaran tersebut digunakan untuk pembelian bahan bangunan Rp 17,5 juta dan sisanya Rp 2,5 juta untuk jasa tukang. Budi mengakui anggaran tersebut terbilang minim, namun cukup untuk perbaikan rumah minimalis.

“Memang sangat minimalis anggarannya tapi dari hitungan yang ada cukup. Di beberapa lokasi ada warga sekitar urunan menambahkan biaya pembangunan hingga akhirnya mencukupi. Anggaran itu disiapkan untuk perbaikan atap, lantai dan dinding atau aladin,” ucap dia. (***)

Pos terkait