BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Pemerintah Kabupaten Bekasi meminta masyarakat siaga mewaspadai potensi bencana yang bisa datang kapan dan dimana saja. Hal itu menyusul kondisi cuaca yang tidak menentu yang terjadi saat ini.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bekasi, Muhammad Said mengimbau warga tidak lagi terpaku pada musim hujan maupun kemarau. Karena peralihan iklim dan cuaca, hujan kini bisa datang setiap saat.
“Biasanya kan Mei Juni itu dihadapkan musim kemarau tapi kok masalahnya sekarang, beberapa kali di hari terakhir, ini kok turun hujan. Sehingga kini kami imbau warga tidak lagi terpaku rutinitas tahun, bulan ini kemarau, bulan ini hujan. Saat ini kita harus siap dengan kondisi yang ada,” ucap Said, Jum’at (04/06).
Teranyar, akibat hujan lebat yang turun sejak beberapa hari terakhir telah mengakibatkan banjir di dua titik yakni Kali Ulu Cikarang Utara dan Kedungwaringin. Kendati tidak sampai mengenangi rumah warga, kondisi ini harus tetap diwaspadai.
Bukan tidak mungkin jika hujan dengan intensitas tinggi mengguyur, banjir besar kembali merendam Kabupaten Bekasi. “Untuk itu, karena ada perubahan cuaca dan iklim, kita semua harus waspada. Kemarin di Kali Ulu dan Kedungwaringin sudah sampai satu lutut, beruntung banjir menggenang sesaat, setelah itu surut lagi,” ucap dia.
Said mengatakan, banjir besar yang terjadi awal tahun lalu telah membuat jumlah wilayah rawan bencana di Kabupaten Bekasi meningkat dari semula 20 kini menjadi 21 kecamatan. Praktis hanya dua kecamatan dengan tingkat kerawanan rendah.
“Memang ada peningkaan daerah rawan, jadi total ada 21 dari 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi dengan total 157 titik,” ucap dia.
Seperti diketahui, Februari-Maret lalu banjir besar melanda Kabupaten Bekasi dengan tinggi muka air mencapai lebih dari dua meter. Terparah terjadi di Pebayuran lantaran tanggul di hilir Citarum jebol sehingga merendam ribuan rumah warga. Lebih dari itu, puluhan ribu warga pun terpaksa mengungsi.
“Sedangkan hanya dua yang tingkat kerawanannnya banjirnya rendah yaitu Bojongmangu dan Cibarusah,” ucap dia.
Kendati tingkat kerawanan banjir rendah, bukan berarti kedua daerah itu bebas bencana. Bojongmangu merupakan daerah dataran tinggi sehingga rawam terjadi longsor. Sedangkan Cibarusah hampir saban tahun dilanda bencana kekeringan karena sulit menemukan mata air.
Untuk meminimalkan dampak bencana, lanjut Said, pihaknya tengah menambah delapan desa tanggap bencana (Destana) dan kelurahan tanggap bencana (Katana). Dengan penambahan itu, Destana dan Katana di Kabupaten Bekasi kini bertambah menjadi 22 desa/kelurahan.
“Sejak 2017, Kabupaten Bekasi telah membentuk 14 kelurahan dan desa tanggap bencana. Tahun ini akan ditambah delapan lagi desa tanggap bencana dengan harapan mampu meminimalisir dampak bencana,” kata Said. (BC)