BERITACIKARANG.COM, CIKARANG UTARA – Wabah virus Corona telah menerpa sebagian besar Negara yang ada di dunia, tak terlepas Indonesia yang baru-baru ini dihebohkan dengan penemuan warga Indonesia yang terpapar virus Corona. Tak hanya memberi dampak pada kesehatan, virus Corona pun sukses memberi imbas terhadap perekonomian global.
Menurut riset Collier International Asia, Covid-19 telah menghantam pertumbuhan PDB di seluruh Negara Asia pada paruh awal 2020 dan memberi pergeseran terhadap tren dan pola investasi di tahun 2020. Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Tak dapat disangkal bahwa perekonomian Indonesia turut terinfeksi pandemi virus Corona, dimana dapat dilihat pergerakan IHSG yang turut menurun ke angka 18,18 persen sejak awal tahun ini. Indikator lain datang dari nilai tukar rupiah yang semakin melemah 3,39 persen terhadap dolar AS sejak awal tahun. Pada hari ini, Kamis 12 Maret 2020 rupiah berada di posisi Rp14.353 per dolar AS.
Harga logam mulia sebagai asset safe haven pun turut melonjak dan menyentuh angka tertinggi akibat dampak Virus Corona. Belum lagi ditambah dengan kasus di sejumlah industri keuangan. Tentunya hal ini memberi dampak terhadap masyarakat dan para investor yang hendak mengambil langkah. Lalu bagaimana sektor properti yang merupakan salah satu instrument investasi?
General Manager Corporate Marketing Jababeka Residence, Eric Limansantoso mengatakan, sektor properti adalah salah satu sektor yang dapat menyokong pertumbuhan ekonomi pada waktu perlambatan saat ini. “Pasar properti di Indonesia masih dikuasai oleh pasar domestik, dimana hampir seluruh penjualan diciptakan dari pasar domestick,” jelasnya.
Mengutip langsung dari Kompas.com, badan peneliti dan konsultan properti – Savills Indonesia berpendapat bahwa sentimen virus Corona tidak memberi dampak yang begitu kuat terhadap sektor properti di Indonesia. Hal ini dikarenakan pasar properti Indonesia masih didominasi oleh market lokal, berbeda dengan negara lain seperti Singapura dan Bangkok, dimana mayoritas konsumennya berasal dari warga asing.
Guna merespon kasus virus Corona, pemerintah juga telah mempersiapkan sejumlah stimulus untuk mendorong laju sektor properti di Indonesia yakni dengan relaksasi Loan to Value, penambahan anggaran subsidi dan kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga.
Dukungan pemerintah ini diharapkan dapat memberi rangsangan perbaikan ekonomi. Sektor properti diyakini dapat memberi multiplier effect dimana mampu mempengaruhi lebih dari 172 sektor industri turunan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
“Masyarakat dan investor tidak perlu resah akan virus Corona, dan tidak perlu ragu untuk berinvestasi, karena saat inilah momen yang tepat untuk berinvestasi di sektor properti yang bersifat long-term dan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya,” ujar Eric Limansantoso.
Eric menambahkan, disamping adanya stimulus dari pemerintah dalam mendorong sector ini, pembangunan infrastruktur pun terus digenjot dibeberapa wilayah seperti di Koridor Timur Jakarta. Saat ini sedikitnya terdapat 10 pembangunan infrastruktur yang telah ada dan akan dikembangkan di koridor ini mulai dari elevated Highway, DDT Commuter Line, jalur LRT , MRT fase III, Tol JORR II, Pelabuhan Patimban, Bandara Udara Kertajati, hingga highseppd train Jakarta – Bandung.
Di Indonesia, sektor properti menjadi salah satu opsi investasi yang dinilai masih aman ditengah gejolak perekonomian setelah merebaknya kasus Corona. “Pada dasarnya properti merupakan kebutuhan dasar manusia ditambah dengan permintaan yang cukup besar di pasar domestik, oleh karena itu para investor haruslah cermat dalam melihat peluang di sector properti ini,” tutup Eric Limansantoso. (***)