Urbanisasi Pengaruhi Prevalensi Stunting di Kabupaten Bekasi

Ilustrasi: Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi mencatat sebanyak 2.900 balita di wilayah setempat terindikasi mengalami stunting
Ilustrasi: Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi mencatat sebanyak 2.900 balita di wilayah setempat terindikasi mengalami stunting

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Urbanisasi di Kabupaten Bekasi turut memengaruhi prevalensi stunting di wilayah tersebut. Keberadaan kawasan industri yang menjadi magnet bagi pendatang dari luar daerah membawa dampak tersendiri, termasuk munculnya kasus stunting dari keluarga pendatang.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Alamsyah, mengungkapkan bahwa adanya kasus stunting yang berasal dari warga pendatang menjadi salah satu karakteristik unik di wilayahnya. “Betul memang ada imported case yang turut berpengaruh pada angka stunting di Kabupaten Bekasi. Bahkan itu riset yang dilakukan provinsi (Pemprov Jabar), ada karakteristik tersendiri dalam penanganan kasus di Kabupaten Bekasi,” ujarnya, Rabu (13/08).

Bacaan Lainnya

Pada tahun 2024 lalu, ditemukan tiga kasus yang berasal dari keluarga pendatang. Dua kasus terjadi di Desa Mangunjaya, Kecamatan Tambun Selatan, sedangkan satu kasus lainnya ditemukan di Desa Pasirgombong, Kecamatan Cikarang Utara. Anak-anak dari keluarga tersebut berhasil ditangani oleh puskesmas setempat melalui metode intensif yang mirip dengan penanganan kasus Covid-19. “Tiga bulan sudah mulai ada perbaikan terus sembilan bulan tumbuh kembang anaknya sudah normal,” tambah Alamsyah.

Namun, Alamsyah mengakui bahwa penanganan kasus stunting di rumah kontrakan sering kali menjadi tantangan tersendiri. Banyak orang tua yang kurang peduli terhadap kondisi balita mereka atau enggan memeriksakan anaknya ke fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, petugas puskesmas harus aktif mendatangi rumah-rumah kontrakan untuk memantau kondisi anak-anak secara langsung.

BACA: Tekan Stunting di Kabupaten Bekasi, Ibu-ibu Diminta Jangan Abai Gizi

Sementara itu, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat pada Sekretariat Daerah Kabupaten Bekasi, Sri Enni Mainiarty, menyebutkan bahwa prevalensi stunting di Kabupaten Bekasi telah menurun dari 23,2 persen pada tahun 2023 menjadi 18,4 persen pada tahun 2024. Meski demikian, berdasarkan data e-PPGBM Dinas Kesehatan, masih terdapat 3.948 kasus stunting yang memerlukan penanganan lebih lanjut.

Enni menjelaskan bahwa pemerintah bersama sektor swasta dan masyarakat terus berupaya menekan angka stunting melalui 8 aksi konvergensi. Aksi ini mencakup analisis situasi, sosialisasi, pembinaan, pengurangan risiko stunting, hingga intervensi anggaran dan kontribusi swasta melalui program CSR.

Selain itu, intervensi juga dilakukan sejak dini dengan fokus pada kesehatan perempuan, bahkan sebelum mereka menikah. “Makanya dari remaja putri kita persiapkan kesehatannya. Remaja putri harus diberikan tablet tambah darah dan edukasi tentang kesehatan,” jelas Enni. (DIM)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pos terkait