Tekan Inflasi, Pemkab Bekasi Ajak Petani Genjot Produksi Kedelai Lokal

Ilustrasi
Ilustrasi

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT  – Pemerintah Kabupaten Bekasi mendorong petani di wilayahnya untuk meningkatkan produksi kedelai lokal. Tingginya harga kedelai impor yang selama ini menjadi bahan baku pembuatan tempe dan tahu diharapkan mampu menjadi peluang bagi petani kedelai lokal untuk bersaing memasarkan produknya dan menjekan laju inflasi.

“Hasil pemantauan oleh TPID (Tim Pemantau Inflasi Daerah) Kabupaten Bekasi harga kebutuhan pokok relative stabil, kecuali kedelai karena kedelai kan impor. Sejak bulan Mei memang sudah naik, merangkak, tapi puncaknya di bulan ini,” kata  Pj Bupati Bekasi Dani Ramdan, Kamis (06/10).

Bacaan Lainnya

Selain terpengaruh inflasi dunia,tingginya harga kedelai yang didatangkan dari Amerika juga dipicu karena penghapusan subsidi bahan bakar minyak (BBM). “Otomatis biaya produksinya juga naik, para pengrajin tahu tempe terkena dampak,” kata dia.

Dani menjelaskan sebenarnya terdapat sejumlah petani yang memanam kedelai lokal di Kabupaten Bekasi. Namun panen yang dihasilkan belum bisa memenuhi kebutuhan pengrajin tahu dan tempe.

Selain itu, buruknya kualitas juga menjadi alasan tak banyak petani yang berani menanam kedelai lokal. Para pengrajin masih lebih memilih kedelai impor yang berkualitas tinggi untuk memproduksi tempe dan tahu.

“Kenapa? Karena kalau untuk tahu dan tempe ini butuh kontinuitas, sementara petani lokal panennya fluktuatif dan tidak bisa diprediksi berapa tonnya. Kedua kualitasnya masih jauh di bawah kedelai impor dari Amerika. Ini yang membuat mereka cenderung pakai kedelai impor,” tuturnya.

Meski begitu, pihaknya melalui Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) dan Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, mendorong para petani untuk meningkatkan hasil produksi kedelai lokal guna menyiasati kenaikkan harga kedelai impor.

“Tapi dalam kondisi sekarang dimana harga pangan dunia naik, sebenarnya ini peluang bagi petani lokal untuk mendongkrak kualitasnya. Saya sudah instruksikan kolaborasi, membuat kontrak beli disesuaikan dengan kebutuhan industri tempe di sini. Dengan adanya itu, mudah-mudahan petani kedelai lebih serius nanamnya, nanti standar kualitas kami yang tentukan,” ujar Dani. (dim)

 

Pos terkait