BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Ramadan kali ini terasa berbeda akibat pandemi COVID-19. Ditambah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), para pedagang takjil atau kuliner khas bulan puasa yang paling terpukul. Omzet mereka anjlok, bahkan hingga 50 persen.
“Omzet jualan tahun ini turun drastis. Kalau dipersentasekan kira-kira turun hingga 50 persen jika dibandingkan dengan Ramadan tahun lalu,” ujar Umi (46), pedagang takjil ditepi Jalan Tarum Barat, Desa Jayamukti, Kecamatan Cikarang Pusat, Senin (11/05).
Umi mengaku dagangan yang dijajakan tidak pernah habis, justru sering dibagikan atau dimakan sendiri seperti kolak, lontong hingga gorengan karena sepi pembeli. Padahal harga yang ditawarkan sangat terjangkau.
“Berjualan karena tuntutan ekonomi, dengan harapan hasilnya bisa untuk makan sehari-hari, termasuk menyambut Hari Raya,” ujarnya.
Umi sangat berharap kondisi saat ini bisa segera berlalu karena sangat terasa dan berdampak kepada kehidupan ekonomi rumah tangga.
Namun demikian, Ibu rumah tangga ini juga tetap optimistis walaupun menghadapi situasi seperti ini. Hal ini tidak membuat dirinya berputus asa dan berhenti mencari rezeki halal. Menurutnya, semua rezeki itu sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, manusia hanya bisa menjalaninya dengan ikhlas.
“Sebetulnya sekarang mau jualan juga mikir-mikir ada pembelinya atau tidak, karena kondisinya seperti ini. Tapi suganan (untung-utungan), siapa tahu ada yang beli. Mudah-mudahan kondisi ini bisa segera berakhir,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Jazuli, salah seorang pedagang es buah. Ia mengaku sedih karena Ramadhan tahun ini kondisinya berbeda jauh dengan tahun sebelumnya. Gegara wabah COVID-19, semuanya sangat terdampak, termasuk para pedagang kaki lima seperti dirinya.
“Pada sepi yang beli mah, tapi kalo yang pada mundar mandir mah banyak. Mungkin udah pada jenuh dan bete kebanyakan ngerem dirumah,” tuturnya.
Jazuli berharap Pemerintah Kabupaten Bekasi memiliki cara untuk membantu para pedagang agar tetap bisa berjualan dan mendapat keuntungan di tengah pandemi ini. (BC)