Jelang Pilkada, Bakal Calon Bupati Ramai-Ramai Datangi Dukun?

Screen Shoot BBM yang beritacikarang.com terima terkait dengan adanya praktek mistik dan perdukunan yang dilakukan Bakal Calon Bupati jelang Pilkada Kabupaten Bekasi 2017.
Screen Shoot BBM yang beritacikarang.com terima terkait dengan adanya praktek mistik dan perdukunan yang dilakukan Bakal Calon Bupati jelang Pilkada Kabupaten Bekasi 2017.

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG UTARA – Menjelang perhelatan Pilkada Kabupaten Bekasi 2017, isu adanya praktek mistik dan perdukunan mulai mencuat. Salah seorang sumber yang BERITACIKARANG.COM dapatkan, mengatakan fenomena ini hampir terjadi setiap menjelang pemilihan umum baik, Pileg ataupun Pilkada.

“Omset perdukunan naik menjelang Pilkada, Bang. Banyak Bakal Calon Bupati yang nanyain siapa yang cocok jadi pendampingnya,” kata dia, Sabtu (27/08).

Bacaan Lainnya

Adapun dukun atau paranormal sering yang didatangi, mayoritas berasal dari luar Kabupaten Bekasi seperti Rengasdengklok – Karawang, Ciomas – Banten dan Banyuwangi – Jawa Timur.

“Belum dapat info untuk dukun lokalnya. Ya itu kalo si A nanyanya ke Rengasdengklok,” kata dia.

Bahkan, sambungnya, ada salah satu Bakal Calon Bupati yang minta dipagari agar tidak terkena guna-guna. “Dan itu bukan sekali, tetapi berkali-kali. Paling kecil amplopnya 5 juta, Bang,” kata dia.

Terpisah, pengamat politik dari Universitas Islam (Unisma) 45 Harun Al Rasyid mengakui praktik penggunaan jasa dukun dalam dunia politik memang ada dan tidak menutup kemungkinan terjadi di Kabupaten Bekasi.

“Fenomena perdukunan itu bukanlah fenomena baru, sudah cukup lama. Bahkan masih ada juga pejabat yang masih datang kalau misalnya kita datang ke Saung Ranggon itu kan masih ada ritual-ritual untuk meningkatkan karir dan lain sebagainya. Tetapi di era modern ini saya kira itu sudah tidak lagi dipakai untuk sandaran,” kata dia.

Kalaupun hal itu terjadi, kata dia, itu menandakan Bakal Calon Kepala tersebut tidak percaya diri. “Yang memilihkan bukan dukun, tetapi masyarakat. Kalau sampai menghambakan diri ke dukun, itu juga menandakan mereka tidak punya modal sosial yang cukup kuat untuk diterima masyarakat,” kata dia.

Modal sosial, sambungnya, adalah seberapa jauh Bakal  Calon Bupati dipersepsikan menjadi calon pemimpin yang baik ditengah masyarakat. “Artinya seberapa jauh dia mampu menarik hati para konstituen, bukan menyandarkan nasibnya pada orang lain, apalagi dukun,”tutupnya. (BC)

Pos terkait