BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan di lingkungannya usai momentum lebaran. Tingginya tingkat urbanisasi dikhawatirkan memicu persoalan baru. Tidak hanya perselisihan di masyarakat namun juga gerakan radikalisme yang berpotensi terjadi.
Badan Kesatuan Kebangsaan dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Bekasi mencatat, potensi kerawanan kerap meningkat setelah libur lebaran. Banyaknya warga pendatang baru diduga kuat menjadi salah satu faktor meningkatnya angka kerawanan hingga memicu persoalan di Kabupaten Bekasi.
Persoalan tersebut antara lain, perbedaan keseharian antara masyarakat di daerah dan perkotaan hingga keragamanan budaya. Selain itu, kerawanan lainnya yakni gerakan radikalisme yang menyusup di antara ribuan warga pendatang.
“Potensi kerawanan ini kami waspadai, berbagai informasi di lapangan sudah kami dapatkan, termasuk potensi kerawanan yang meningkat seusai lebaran ini. Namun sejumlah langkah pencegahan pun dilakukan,” kata Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Bekasi Ahmad Kosasih.
Diungkapkan dia, kerawanan di masyarakat Kabupaten Bekasi sangat mungkin terjadi mengingat penduduknya yang terbilang heterogen. Luasnya kawasan industri membuat masyarakat dari berbagai daerah datang untuk mengadu nasib. Sehingga terdapat suku bangsa yang berbeda-beda yang tinggal di Kabupaten Bekasi. Selain keberagaman warga lokal, kawasan industri pun menarik warga negara asing untuk turut bekerja.
Selain persoalan kependudukan yang heterogen, faktor pemicu potensi kerawanan juga karena letak Kabupaten Bekasi yang relatif dekat dengan ibukota Jakarta. Kerawanan itu pun telah dibuktikan dengan tertangkapnya sejumlah terduga teroris saat bersembunyi di Kabupaten Bekasi.
Sejak akhir 2016 hingga 2017 ini tercatat sedikitnya ada empat peristiwa penangkapan teroris di Kabupaten Bekasi. Bahkan di luar itu, kata Kosasih, dilakukan penangkapan orang yang diduga teroris namun tidak diketahui publik.
“Memang tidak banyak yang tahu, hanya penegak hukum saja, Kesbangpol juga sempat ke lokasi dan menanyakan kepada warga,” ujarnya yang menyatakan lokasi penangkapan tersebut berada di sekitar Kedungwaringin, kecamatan paling timur Kabupaten Bekasi yang berbatasan dengan Karawang.
Diungkapkan Kosasih, berdasarkan hasil pemetaan, potensi kerawanan banyak terdapat di wilayah perbatasan. Tidak hanya di daerah padat penduduk, kerawanan pun terjadi di lokasi yang terbilang jauh dari perkotaan. Jika di perkotaan potensi yang terjadi seputar perselisihan warga, namun di daerah pedesaan justru kerap ditemukan gerakan yang berpotensi radikalisme.
“Ada beberapa kecamatan yang dianggap rawan disusupi gerakan radikal, terutama kecamatan yang berada di perbatasan dan jauh dari keramaian kota. Seperti Setu, Kedungwaringin dan beberapa kecamatan lainnya,” kata dia.
Agar potensi kerawanan itu tak terjadi, lanjut Kosasih, pihaknya telah melakukan langkah pencegahan, di antaranya dengan melakukan pendekatan intensif di lokasi yang dianggap rawan, kemudian memberi imbauan yang disampaikan melalui tokoh masyarakat.
“Untuk persoalan seperti ini, tokoh masyarakat dan agama itu harus buat adem dan kalau perlu memberikan ceramah keagamaan untuk keutuhan bangsa. Kami lakukan dengan pendekatan tersebut. Selain itu juga kami bekerja sama dengan Kominfo untuk mengawasi potensi yang dipicu dari pergerakan di media sosial,” ujarnya. (BC)