Sulap Mangrove Jadi Makanan dan Minuman Lezat, Kepoin Yuk!

BERITACIKARANG.COM, MUARAGEMBONG  – Warga pantai utara Kabupaten Bekasi, tepatnya di Desa Pantai Bahagia Muaragembong, sangat kreatif. Pasalnya, mereka memanfaatkan sumber daya alam setempat yakni mangrove menjadi makanan dan minuman olahan yang sangat lezat.

BACA: Wow! Ekspor Rumput Laut dari Muaragembong Sudah Sampai ke China

Bacaan Lainnya

Ketua Kelompok UMKM Bahagia Berkarya (Kebaya) Alpiah (41) mengatakan di wilayahnya pohon mangrove tumbuh dengan suburnya. Selain sebagai sabuk hijau penahan abrasi pantai, pohon ini membawa berkah tersendiri bagi warga setempat.

“Selain penahan abrasi, hutan mangrove juga menjadi habitat ikan, termasuk kepiting dan udang. Jadi hal ini membawa berkah tersendiri buat kami sekaligus,” ujar Alpiah.

Tak hanya itu, tanaman ini ternyata juga memiliki manfaat ekonomis dengan diolah menjadi makanan dan minuman (food and beverage). Hingga kini, kata Alpiah, Kelompok UMKM Kebaya sedikitnya telah mengolah 10 jenis makanan dan minuman berbahan dasar tanaman dikotil yang hidup di air payau dan air laut itu.

“Alhamdulillah, saat ini Kebaya sudah punya 10 macam produk, mulai dari sirup, jus, stick, kacang umpet, keripik umpet, keripik daun, keripik buah, kopi, hingga tepung mangrove,”

Selain produk makanan, tanaman yang dikenal dengan istilah pohon bakau ini  juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pewarna alami. Kelompok UMKM Kebaya memanfaatkan limbah propagul (buah mangrove yang telah mengalami perkecambahan) untuk kemudian dikumpulkan. Setelah semua terkumpul, lalu dikeringkan dan dimasak atau direbus menjadi pewarna batik.

“Mangrove juga bisa dipakai sebagai pewarna alam untuk batik yakni dari jenis rhizopora mucronata,” tambahnya.

Dirinya berharap, produk olahan mangrove Kelompok UMKM Kebaya dapat diedarkan ke pangsa pasar yang lebih luas, serta dapat mendongkrak perekonomian masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Bekasi, khususnya Muaragembong. Kendati demikian, informasi mengenai produk olahan mangrove diakuinya masih minim sehingga dibutuhkan pengenalan dan penyebaran informasi lebih lanjut.

“Kepinginnya produk mangrove bisa dikenal seluruh Indonesia, Kebaya bisa produksi setiap hari dan laku terjual karena masih banyak warga yang belum kenal.  Beberapa pembeli penah bertanya mabok enggak, mati enggak kalau dimakan? Itu yang bikin saya kadang suka miris gitu,” kata dia. (riz)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pos terkait