BERITACIKARANG.COM, CIKARANG UTARA – Peristiwa kebakaran yang terjadi di RS. Omni Cikarang beberapa waktu lalu harus menjadi bahan evaluasi bagi pihak manajemen rumah sakit. Demikian disampaikan Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Bekasi, Jajang KB.
BACA : Kebakaran di RS. Omni Cikarang, Pasien dan Keluarga Panik
Ia menjelaskan kebakaran yang terjadi pada Rabu (06/09) lalu sekitar pukul 16.30 WIB itu terjadi akibat korsleting pada genset yang berada di ruang basement RS. Omni Cikarang.
“Ada api, besar. Tetapi memang belum menjalar ke atas. Yang kebakar baru trafo gensetnya aja yang ujung, makanya keluar asep,” kata Jajang, Selasa (12/09).
Jika petugas pemadam kebakaran datang terlambat, sambungnya, maka besar kemungkinan api akan menjalar dan membesar. “Tetapi karena cepat kita tanggulangi, Alhamdulillah nggak sampe seperti itu,” ucapnya.
BACA : Soal Kebakaran, Ini Penjelasan Pihak RS. Omni Cikarang
Dalam proses pemadaman, sambungnya, petugas Damkar tidak menggunakan air secara langsung karena dikhawatirkan air akan mengenai genset. “Gensetnya itukan nggak boleh kena air makanya kita memadamkannya secara pelan-pelan, air dimasukan ke dalam sedikit demi sedikit karena jika genset terkena air, bahaya takutnya meledak,” ungkapnya.
Sempitnya ruang tempat penyimpanan genset dan kurangnya ventilasi udara, kata dia, menjadi salah satu kendala petugas Damkar karena asap tidak bisa keluar dan ruangan menjadi gelap.
“Di bawah (ruang basement-red) itu sempit dan untuk ventilasi udaranya kurang besar, tidak memadailah untuk tempat penyimpanan genset dan tidak ada alat penghisap asap (hexos) seperti di pabrik-pabrik,” tuturnya.
Untuk itu, pihaknya mengingatkan pengelola RS. Omni agar kedepannya mengevaluasi hal itu serta menjalin komunikasi dengan Damkar dalam hal penyediaan fasilitas alat pemadam kebakaran yang dimilikinya.
Ia menyarankan agar APAR yang digunakan di RS. Omni Cikarang tidak berbahan Dry Chemical Powder, melainkan Co2 (Carbon Diaksida).
“Karena rumah sakit kan tempat pelayanan kesehatan masyarakat ya, kalau pakai APAR berbahan Dry Chemical itu akan berbekas, kotor sehingga dikhawatirkan akan berdampak juga terhadap pasien-pasien yang ada disitu sehingga kita sarankan agar menggunakan APAR berjenis Co2,” ucapnya.
“Kebetulan, di RS Omni Cikarang itu memang tidak punya Co2 untuk alat-alat APAR-nya. Kalao Co2 kan tidak menimbulkan bekas sehingga tidak akan menimbulkan dampak untuk pasien-pasien,” imbuhnya.
Menanggapi hal ini, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Bhayangkara Bekasi meminta Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, untuk meninjau kembali perizinan dan kelayakan RS. Omni Cikarang.
“Kami dari mahasiswa mendesak Dinas Kesehatan untuk meninjau lagi perizinan dan kelayakan RS Omni Cikarang,” kata Ketua BEM Universitas Bhayangkara Bekasi, Tjandra Tjipto Ningrum.
RS. Omni, sambungnya, seharusnya mengedepankan keselamatan pasien dan bisa mengantisipasi terjadi musibah tersebut. “Apalagi rumah sakit tersebut terbilang baru karena baru diresmikan pada bulan April 2016 lalu,” ucapnya. (BC)