BERITACIKARANG.COM, BABELAN – Rafka Adiputra (11), seorang anak asal Kampung Blendung, Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Meski baru berusia 11 tahun, berat badan Rafka telah mencapai 126 kilogram. Akibatnya, sang anak tidak dapat beraktivitas bahkan terpaksa berhenti sekolah.
Ibu Rafia, Punih (50) mengatakan saat dilahirkan, anaknya telah memiliki berat 4,2 kilogram. Seiring berjalanan waktu, pertumbuhan Rafka malah mengalami penyusutan
“Pas awal lahir beratnya 4,2 kilogram. Usia tiga bulan turun, malah jadi 1,5 kilogram, terus saya kontrol ke puskesmas,” kata Putih, Sabtu (12/03).
Puskesmas kemudian memberikan susu formula dengan maksud menaikan berat badan Rafka yang dinilai kekurangan gizi. Setelah mengonsumsi susu, berat badan Rafka mengalami kenaikan yang signifikan.
“Setelah susunya di minum, umur dua tahun jadi 12 kilogram. Terus saya berhentiin susunya karena sudah normal berat badannya,” ujarnya.
Namun setelah Putih menghentikan anaknya mengonsumsi susu, nafsu makan Rafka semakin meningkat. Untuk mengalihkan perhatiannya yang kala itu ketagihan susu, orang tuanya memberikan berbagai macam Rafka jajanan.
Ayah Rafka, Samin (49) mengungkapkan keinginan Rafka mengunyah makanan sangat sulit untuk tak dipenuhi. Apabila tak dituruti, Rafka kecil kerap menangis sehingga ia terpaksa menuruti kemauannya.
“Ya kalau enggak dibeliin jajanan nangis. Apa aja dimakan, kebanyakan jajanan,” kata Samin.
Ada pun jenis makanan yang dimakan Rafka saat itu mulai dari mie instan, es, camilan serta makanan ringan lainnya. Hal itu dilakukannya berulang-ulang dalam sehari.
“Hobi jajan, yang dikonsumsi yaitu mie, es dan ciki, cemilan, makan mie bisa lima kali, lebih banyak es. Enggak berhenti-berhenti, lagi tidur juga makan aja maunya, sambil merem sambil ngunyah,” ujarnya.
Hingga kini, berat badannya pun telah mencapai 126 kilogram. Hal tersebut menyebabkan Rafka kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari. Bahkan, siswa kelas tiga Madarasah Ibtidaiyah ini terpaksa berhenti sekolah akibat obesitas yang dideritanya.
“Ya karena badannya gede, jadi susah gerak-gerak. Jadi keseringan selonjoran aja,” kata dia.
Samin berharap Rafka kembali normal agar dapat beraktivitas seperti teman-teman sebayanya dan mewujudkankan cita-citanya sebagai atlit bola yang professional.
“Ya kita maunya anak kembali normal. Cuma kemarin kan pernah dibawa ke rumah sakit, anaknya ngamuk terus. Sejak obesitas dia jadi gampang marah, ya kita maunya kalau dirawat itu harus satu ruangan biar gak menganggu pasien lain,” kata Samin. (ded)