BERITACIKARANG.COM, MUARAGEMBONG – Sebanyak lima desa di Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi terkena banjir rob akibat naiknya permukaan air laut dengan ketinggian air antara 20 hingga 40 cm.
Kelima desa yang dilanda banjir rob yakni, Desa Pantai Bahagia, Desa Pantai Mekar, Desa Pantai Sederhana, Desa Pantai Bakti dan Desa Pantai Harapan Jaya.
Camat Muaragembong Lukman Hakim mengatakan, banjir rob yang terjadi tahun ini memang lebih parah dibandingkan sebelumnya. Karena itu solusinya harus dibangun tanggul di sepanjang pesisir pantai.
“Untuk mengurangi dampak dari banjir rob yang sering melanda pesisir Muaragembong. Kami mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk dibangun tanggul pantai di sepanjang pesisir Muaragembong,” ujarnya, Selasa (07/12).
Lukman Hakim mencontohkan, pembangunan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau tanggul pantai terintegrasi di sepanjang pesisir Jakarta Utara yang sudah dibangun sejak tahun 2016 lalu.
“Tanggul seperti itu yang saat ini dibutuhkan oleh masyarakat Muaragembong, seperti tanggul di Jakarta,” imbuhnya.
Selain itu juga, kata Lukman, perlu dibangun folder-folder penampung air yang dapat menahan laju luapan air laut agar tidak masuk ke wilayah pemukiman.
Sebelumnya, Banjir rob kembali menerjang ratusan rumah warga di Kecamatan Muaragembong. Bahkan, di beberapa titik, ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Akibatnya aktivitas warga terganggu.
Dalih (37) warga Kp. Muarajaya, Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muaragembong, mengatakan, banjir telah merendam rumahnya sejak Kamis 2 Desember 2021 lalu. Namun, hingga kini banjir tak kunjung surut. Dalih pun mengaku kesulitan untuk tidur karena khawatir banjir makin tinggi.
“Ya Allah, bang banjir dari Kamis ora surut, entar surut entar tinggi. Kemaren tinggi banget pas hari Sabtu sampe sepaha bang. Untung barang-barang udah saya naekin. Ini mau tidur ge susah banget. Mana anak rewel. Tolongin apa bang biar dibenerin, bupati kita ora ada pisan ini,” ucapnya, Senin (06/12).
Bersama suami dan anak-anaknya, Dalih hanya bisa bertahan di rumahnya yang terendam itu. Anak-anaknya yang masih balita kerap menangis karena tidak nyaman dengan kondisi rumah yang terendam.
Sedangkan sang suami tidak bisa bekerja karena akses jalan terputus. Di sisi lain, sang suami memilih di rumah karena khawatir air makin tinggi. “Kalau air tinggi gimana. Kalau mau ngungsi juga ngungsi ke mana, orang semua banjir. Belum lagi kalau rumah ditinggalin kagak aman, suka ada aja yang ilang pas lagi banjir gini. Serba salah,” ucap dia.
Kp. Muarajaya menjadi salah satu daerah yang kerap dilanda banjir rob paling parah. Soalnya, kampung ini menjadi daratan paling utara di antaranya batas pantai lainnya. Lokasinya pun paling dekat dengan Jakarta Utara.
Berdasarkan pantauan di lapangan, ketinggian banjir rob di Muarajaya bervariasi, mulai dari di atas mata kaki hingga selutut orang dewasa. Menurut sejumlah warga, banjir mulai terjadi sejak pekan lalu. Ketika itu angin bertiup lebih kencang dari biasanya hingga membuat air laut menggenangi rumah warga.
“Jadi banjir tahunan, apalagi sekarang lagi angin barat, air naiknya pagi. Kalau angin timur ini robnya bisa malem. Begini aja terus, kagak ada surutnya,” ucap Rahim (47), warga lainnya.
Sejak banjir menerjang, Rahim yang merupakan nelayan tidak bisa melaut. “Ya mau melaut bagaimana lagi rob gini. Ya tolonglah ini orang-orang pintar di atas, tolongin begimana biar enggak rob terus gini,” ucap dia. (BC)