Mural Kepala Desa Hingga Kritik Menag Yaqut Hiasi Dinding Lambang Sari Permai

Acara Bekasi Charter Movement 4 di Perumahan Lambang Sari Permai, Desa Lambang Sari, Kecamatan Tambun Selatan, Sabtu (26/02).
Acara Bekasi Charter Movement 4 di Perumahan Lambang Sari Permai, Desa Lambang Sari, Kecamatan Tambun Selatan, Sabtu (26/02).

BERITACIKARANG.COM, TAMBUN SELATAN  – Karang Taruna Desa Lambang Sari bekerjasama dengan komunitas Artherapy Movement menggelar acara Bekasi Charter Movement 4. Kegiatan ini bertempat di Perumahan Lambang Sari Permai, Desa Lambang Sari, Kecamatan Tambun Selatan, Sabtu (26/02).

Kepala Desa Lambang Sari, Pipit Haryanti menjelaskan kegiatan tersebut digelar sebagai wadah tempat seniman graffiti untuk menuangkan kreativitas beserta idenya melalui sebuah gambar.

Terlebih,sebelum acara digelar tembok sepanjang 500 meter di depan akses menuju ke perumahan kerap dicorat-coret oleh segelintir oknum sehingga membuat wilayah tersebut menjadi tak elok dipandang.

“Di jalan pintu masuk ini, kurang lebih ada 500 meter tembok yang sebelumnya banyak coretan, jadi harus ditutup dengan cara digambar lagi untuk mempercantik lingkungan,” kata Pipit.

Ketua Karang Taruna RW 06 Desa Lambang Sari, Rudra Satria mengatakan acara tersebut juga diselenggarakan untuk mengedukasi anak-anak menghindari kegiatan vandalisme di fasilitas umum.

“Acara ini untuk mengedukasi adik-adik kami bahwa gambar itu tidak selamanya disebut sebagai vandalisme atau kriminal. Kami mengubah pola pikir iru menjadi sebuah karya,” tutur Rudra.

Acara itu melibatkan kurang lebih 100 seniman graffiti beraliran karakter, sehingga mayoritas mural menggambarkan sosok seseorang, boneka atau robot.

Mulai dari mural Kepala Desa Lambangsari, Pipit Haryanti hingga kritik terhadap Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengenai aturan pengeras suara masjid yang menuai pro dan kontra. Kritik tersebut digambarkan dengan sesosok robot yang memegang toa. Di atas toa, terlihat gambar wajah seorang pria yang mengenakan peci

Awenk (38) salah seorang seniman gravity yang berpasrtisipasi di acara tersebut mengatakan bahwa karyanya itu, merupakan bentuk keresahan atas isu yang saat ini berkembang di masyarakat mengenai penyesuaian volume pengeras suara di masjid.

“Ini saya angkat dari isu yang lagi ramai sekarang. Tentang kontrovesi toa dan adzan yang berkumandang. Saya kurang sepakat kalau volume adzan harus ada penyesuaian,” kata dia. (BC)

Pos terkait