BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Warga Desa Wanajaya Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi mengeluhkan kondisi lingkungannya yang kerap dilanda banjir, rumah menjadi retak serta jalanan yang rusak. Hal tersebut terjadi setelah pembangunan Tol Cibitung-Cilincing dimulai.
Keluhan tersebut mereka sampaikan saat beraudiensi dengan Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi, Senin (07/01). Hadir juga dalam pertemuan, Camat Cibitung Hasan Basri, Kepala Desa Wanajaya Nurdin serta perwakilan dari PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways sebagai pelaksana teknis pembangunan Tol Cibitung-Cilincing.
Camat Cibitung, Hasan Basri mengatakan, keluhan warga datang dari enam RT yakni RT 01, 09, 10, 11, 14, dan 18. Warga mengeluhkan aktivitas pembangunan yang berdampak langsung hingga merugikan mereka.
“Sebenarnya ada 16 keluhan yang disampaikan, namun setelah diurut beberapa yang utama seperti banjir, jalan rusak, debu sampai ada rumah yang retak-retak,” kata dia.
Dari hasil pemantauan di lokasi, kata Hasan, banjir diakibatkan karena jalur drainase yang tergganggung oleh aktivitas konstruksi. “Karena kan ada pengurugan jadi alirannya bisa jadi terhambat. Kemudian adanya pagar proyek jadi aliran tertahan,” ucap dia.
Kemudian akses jalan yang rusak diakibatkan oleh kendaraan berat yang melintas. Begitu pun juga dengan debu yang berterbangan. “Jadi Wanajaya itu kan bukan sebatas sawah, ada perumahannya. Nah tol itu lewat situ, tidak semua perumahan tapi membelah perumahan. Di situ yang banyak warga mengeluhkan, seperti rumah yang retak-retak,” ucap dia.
Hasan berharap, keluhan warga tidak hanya didengar namun juga ditindaklanjuti. “Intinya warga ingin ada perbaikan. Warga kami menuntut agar dampak negatif yang ditimbulkan pembangunan ini bisa dikurangi, diperbaiki,” ucap dia.
Sementara itu, Direktur Teknik PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways, Ari Sunaryono mengatakan, keluhan yang disampaikan warga tidak sepenuhnya diakibatkan oleh pembangunan tol. Begitu pun soal banjir serta drainase yang terganggu.
“Tidak seluruhnya dampak pengecoran (tol), sebelum adanya jalan tol memang banjir. Namun warga justru berharap setelah adanya jalan tol dapat membantu mengurangi banjir tersebut. (Kemudian) tidak ada drainase yang tertutup. Yang namanya proyek itu tidak hanya merencanakan jalan tapi juga merencanakan saluran, berikut drainase. Drainse yang ada sekarang dihubungkan dengan jalan tol baru nanti dibuang ke sungai,” kata dia.
Meski begitu, Ari membenarkan adanya dampak dari pembangunan tol, seperti dinding rumah warga yang retak. Namun, karena karena persoalan koordinasi, perbaikan belum dilakukan.
“Ini masalah koordinasi saja, kan ada koordinasi lapangan dan koordinasi pimpinan. Lapangan kan yang ditangani banyak, yang lapangan tidak terlalu fokus dengan masalah yang ada di sini. Begitu masyarakat mengakukan ke dewan maka kami serius tangani di level pimpinan. Hari Sabtu kami ke lapangan, foto kondisinya. Mulai minggu depan sudah ada beberapa yang ditangani,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bekasi, H., Kardin mengatakan, hasil dari audiensi ini harus segera ditindaklanjuti, terutama pihak kontraktor. Dewan pun akan mengawasi langsung perbaikan di lapangan.
“Kami inginnya agar program pemerintah tetap jalan karena ini proyek strategis nasional, juga masyarakat senang dan nyaman dengan adanya program ini. Jangan sampai ada yang dirugikan. Maka segera tindak lanjuti, kami pun akan memantau langsung komitmennya,” kata dia. (BC)