BERITACIKARANG.COM, CIBARUSAH – Luas area lahan pertanian di Kecamatan Cibarusah yang mengalami kekeriangan akibat musim kemarau terus meluas.
BACA: 791 Hektare Lahan Pertanian di Kabupaten Bekasi Dilanda Kekeringan
Camat Cibarusah, Enop Can mengatakan saat ini terdapat kurang lebih 50 hektar lahan pertanian yang ada di wilayahnya mengalami kekeringan. Lahan pertanian itu tersebar di 3 desa, yakni Ridogalih, Ridomanah dan Sirnajati.
“Di kita sebagian besar sebetulnya sudah panen dan saat ini masih ada kurang lebih 50 hektar yang belum siap panen di ketiga desa tersebut,” kata Enop Can, Senin (01/07).
Jika kemarau terus berlangsung, Enop mengatakan puluhan hektar lahan pertanian di ketiga desa tersebut tidak menutup kemungkinan mengalami gagal panen atau fuso karena kekeringan.
“Kalau kemarau terus ya mereka bisa gagal panen,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi per tanggal 15 Juni 2019, dari total 22.174 hektare lahan pertanian yang tersebar di 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi, sebanyak 791 hektar telah dilanda kekeringan.
Kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bekasi terjadi di 3 kecamatan yakni Bojongmangu 716 hektar, Sukatani 47 hektar dan Cibarusah 28 hektar.
Jumlah luas lahan pertanian yang kekeringan tersebut kemungkinakan akan terus bertambah, mengingat terdapat 3.203 hektar sawah di 13 kecamatan terancam kekeringan dengan rincian Serang Baru 280 hektare, Cikarang Selatan 25 hektar, Cibarusah 1.466 hektar, Bojongmangu 888 hektar dan Cikarang Timur 5 hektar.
Kemudian Kedungwaringin 10 hektar, Karang Bahagia 136 hektar, Cikarang Utara, 86 hektar, Tambelang 47 hektar, Sukawangi 35 hektar, Sukatani 200 hektar, Sukakarya 5 hektar dan Pebayuran 20 hektar.
Kepala Bidang Tanaman Pangan di Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Nayu Kulsum mengatakan pemerintah telah mensosialisasikan agar petani untuk menahan diri agar tidak menanam padi di musim kemarau. Kendati terdapat kandungan air di dalam tanah, namun jumlahnya diyakini tidak akan mencukupi untuk kebutuhan selama menanam hingga panen.
“Yang kami khawatirkan yakni dipaksa terus menanam akhirnya tidak jadi panen. Karena kecenderungan yang terjadi, karena melihat ada air jadi langsung ditanam tapi ternyata tidak mencukupi,” ucap dia, Jum’at (28/06).
Dinas Pertanian, lanjut Nayu, juga sudah membantu distribusi air untuk areal persawahan dengan memberikan bantuan pompa untuk para kelompok tani. “Bantuan yang kami berikan seperti pompa dan bentuk lainnya agar sawah teraliri air. Tapi itu pun untuk daerah yang ada sumber airnya. Sedangkan beberapa daerah yang tidak ada sumber airnya justru itu yang sulit, seperti halnya Cibarusah. Maka dari itu, kami imbau untuk menahan agar tidak dulu menanam,” ucap dia.
Untuk menghindari kerugian akibat fuso kekeringan, Nayu menyarankan agar petani memanen padinya lebih awal serta mengajak agar kedepannya para petani mengasuransikan tanaman padinya melalui program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Beberapa kelompok tani bahkan sudah mengajukan klaim ganti rugi atas lahan yang gagal panen.
“Jadi kalau misal tanaman padinya puso karena kekeringan itu akan mendapatkan pengganti kerugian. Di kecamatan, seperti di Bojongmangu sudah dilakukan. Melalui para petugas di lapangan, hal ini pun kami sampaikan pada petani di kecamatan lainnya,” kata Nayu. (BC)