BERITACIKARANG.COM, CIKARANG UTARA – Naiknya harga minyak goreng di pasaran, membuat pelaku usaha tahu goreng menjadi terbebani. Agar tak terancam ulung tikar, pelaku usaha memutar otak agar usaha tahu goreng mereka tetap bisa berjalan.
Ani (53) salah seorang pengusaha tahu goreng rumahan di Desa Karangasih, Kecamatan Cikarang Utara mengaku terpaksa mengecilkan tahu goreng yang diproduksinya. Langkah itu terpaksa dilakukan untuk menyeimbangkan biaya produk setelah harga minyak yang kian mahal.
“Kalau mau ikut naikin harga tahu susah juga. Bukan malah seimbang tapi malah susah yang beli. Jadi ya sudah dikecilin aja tahunya,” kata Ani, Senin (22/11).
Jika dibandingkan dengan selisih kenaikan harga minyak, pengurangan ukuran itu terbilang tidak terlalu signifikan. Namun, langkah itu terbilang lumayan demi menjaga usahanya agar tetap berjalan.
“Ya istilahnya biar enggak rugi-rugi amat. Saya sendiri masih berharap minyak harganya bisa turun lagi,” ucap dia.
Ani mengaku, biasanya dia menggunakan minyak seharga Rp 10.000 per liter. Untuk memproduksi tahu sebanyak 5-6 kuintal per harinya, dia membutuhkan minyak goreng sebanyak delapan jerigen. Setiap jerigen berisi 16 liter.
Dengan kenaikan minyak hingga Rp 20.000 per liter, biaya produksi tahu pun meningkat hingga dua kali lipat.
“Kalau dihitung omset yang enggak kekejar, tapi gimana lagi,” ucap dia.
Hal senada diungkapkan produsen tahu goreng rumahan lainnya, Aris (34). Imbas kenaikan harga minyak, dia terpaksa mengecilkan ukuran tahunya agar tidak terlalu merugi. Disisi lain, pesanan tahu berkurang.
“Harga enggak bisa naik, tapi minyak terus naik, yang beli kurang. Jadi gimana ini. Saya mah lebih pengen bilang ke pemerintah aja, gimana ini. Langkah pemerintah gimana soalnya kan minyak mah kebutuhan pokok. Harusnya cepet bertindak,” ucap dia.
Berdasarkan data Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Minggu 21 November 2021, harga minyak goreng di sejumlah pasar tradisional masih berkisar di antara Rp 19.000-20.000 per liter. (BC)