BERITACIKARANG.COM, TAMBUN UTARA – Ratusan ekor ikan cupang dibagikan secara gratis kepada warga di Desa Sriamur, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, sebagai langkah pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Program ini dilakukan dengan tujuan memanfaatkan ikan yang memiliki nama latin betta.sp tersebut sebagai predator alami jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti.
Fadil, seorang pembudidaya ikan cupang sekaligus pemilik usaha Beta Pelangi, menjelaskan bahwa ikan cupang memiliki kemampuan memangsa jentik nyamuk secara efektif. “Niatnya untuk memberantas DBD. Kami bagikan gratis sekitar 500 ekor cupang ke warga. Bisa ditaruh di kolam atau bak mandi,” ujar Fadil.
Langkah ini didukung oleh hasil penelitian yang diterbitkan di Jurnal Sains Nasional Universitas Nusa Bangsa, yang menunjukkan bahwa ikan cupang mampu memakan hingga 89 ekor jentik nyamuk dalam waktu enam jam. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan ikan guppy yang hanya mampu memakan 47 ekor jentik dalam durasi yang sama.
“Ikan yang kami bagikan terdiri dari berbagai jenis, seperti multi, RGG, stabilo, hingga avatar blue ring,” tambah Fadil.
Lina (38), salah seorang warga yang menerima dua ekor ikan cupang, mengaku senang dengan inisiatif ini. “Katanya bisa makan jentik nyamuk. Bagus sih, biar enggak ada nyamuk. Karena di sekitar sini sudah lima orang tetangga kena DBD,” ungkap Lina sambil melepaskan ikan tersebut ke bak mandinya.
BACA: Kemarau Basah Ancam Kesehatan Masyarakat Kabupaten Bekasi
Kondisi lingkungan Desa Sriamur yang banyak memiliki genangan air dan tanaman liar disebut menjadi salah satu pemicu peningkatan populasi nyamuk penyebab DBD. Kepala Puskesmas Sriamur, dr. Wiraatmaja, menyambut baik inisiatif pembagian ikan cupang ini sebagai langkah preventif untuk mengendalikan penyebaran penyakit.
“Penanggulangan DBD tidak cukup hanya dengan pengobatan. Harus dimulai dari hulunya juga, yaitu lingkungan. Ikan cupang ini bisa membantu memangsa jentik-jentik nyamuk,” kata dr. Wira.
Menurut data Puskesmas Sriamur, kasus DBD di wilayah tersebut menunjukkan peningkatan signifikan dalam tiga bulan terakhir. Pada April tercatat 13 kasus, sementara pada Mei angkanya melonjak menjadi 28 kasus. Jumlah ini diperkirakan lebih besar karena tidak semua warga melapor atau menjalani pemeriksaan laboratorium.
“Puskesmas bukan hanya berfungsi kuratif, tapi juga preventif dan promotif. Kami terus mengampanyekan gerakan 5M: menguras, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas, memantau lingkungan, dan mencegah gigitan nyamuk,” jelas dr. Wira.
Ia menambahkan bahwa langkah sederhana seperti menyebarkan ikan cupang dapat menjadi solusi kolaboratif yang efektif jika dilakukan secara serentak dan berkelanjutan. Dengan adanya program ini, diharapkan angka kasus DBD di wilayahnya dapat ditekan secara signifikan. (DIM)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS