BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Detasemen Khusus 88 Antiteror menyebut, penyebaran terorisme telah melalui berbagai sarana. Bahkan, terorisme sudah menyusupi lembaga pendidikan hingga tersisip dalam materi pengajaran kepada siswa mulai dari tingkat terendah.
BACA:Waspadai Penyebaran Paham Radikal di Kalangan Pelajar, Lima Instansi di Kabupaten Bekasi Teken MoU
“Memang hal itu dapat dibenarkan. Sudah masuk sampai ke taman kanak-kanak sama PAUD, disisipi. Jaringan mereka bergerak, berkembang biak. Kalau tidak ditanggulangi, bagaimana negara kita,” kata Kepala Satuan Tugas Wilayah DKI Jakarta Densus 88, Komisaris Wisnu Guntur usai kegiatan sosialisasi pencegahan radikalisme yang digelar Kepolisian Resor Metro Bekasi di Gedung Swatantra Wibawamukti, Komplek Perkantoran Pemkab Bekasi, Jumat (18/10).
Diungkapkan, lembaga pendidikan menjadi salah satu peluang teroris berkembang biak, selain melalui media sosial. “Di lembaga pendidikan, anak-anak kita yang jadi sasaran. Kalau dari kecil sudah terpapar, tentu akan sulit. Peran orang tua sangat penting,” ucap dia.
Kemudian penyebaran via media sosial pun dinilai sangat deras. Pada penangkapan yang dilakukan beberapa waktu terakhir, para terduga teroris ini terpapar melalui ajaran di media sosial. Ajaran yang disebar oleh para teroris ini kemudian diserap hingga akhirnya mampu menggerakkan jaringan di bawahnya untuk melakukan amaliyah.
“Kelompok jaringan ini dari medsos. Yang terakhir kami tangkap itu karena ajakan dari medsos. Mereka terpapar ajaran, walaupun mereka belum pernah ketemu. Al Bagdadi (pimpinan ISIS), memang mereka pernah bertemu? Tidak pernah. Tapi sebarannya mampu menggerakkan,” ucapnya.
Guntur membenarkan perkembangbiakan teroris baik di Kota maupun Kabupaten Bekasi cukup besar. Terbukti dari beberapa penangkapan yang dilakukan di wilayah yang berdampingan dengan ibu kota, DKI Jakarta ini. “Tahun ini saja ada sekitar 20 yang kami tangkap,” tuturnya.
Jamaah Ansarut Daulah (JAD) Bekasi, kata Guntur menjadi salah satu yang berpengaruh di Indonesia. Mereka kelompok teroris yang terbentuk baru-baru ini dan tergolong sumbu pendek. JAD ini pun berkembang melalui medsos. “JAD kan kelompok sumbu pendek yang ingin melaksanakan amaliah cepat, mereka banyakan main di medsos, setelah kami tangkap,” ucap dia.
Banyaknya teroris yang bermukim di wilayah ini, lanjut dia, harus menjadi sinyal waspada bagi warga sekitar. Segera melapor bila terdapat warga yang mencurigakan. Kemudian, pendataan oleh RT/RW pun sangat penting untuk memantau penduduk di suatu wilayah.
“Peran pemilik wilayah sangat penting. Antisipasi masyarakat dengan berkoordinasi dengan polisi, lapor segera apabila ada ciri mengarah radikalisme. Pendataan RT/RW juga sangat penting, siapa penghuni kontrakan atau kos. Kalau tidak didata kita tidak tahu bahwa kita bertetangga dengan teroris. Kalau mereka meledakkan bom, kelar kita,” ucap dia. (BC)