BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Persatuan Tenis Meja Indonesia (PTMSI) Kabupaten menyesalkan adanya program Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar Daerah (PPOPD) pada Dinas Budaya Pemuda dan Olahraga (Disbudpora) kabupaten Bekasi tahun ini, dalam merekrut atlet binaan tanpa melibatkan atau berkordinasi dengan pengcab PTMSI. Program baru pada Disbudpora itu dinilai jalan sendiri dalam seleksi atlet tanpa berkordinasi dengan pengcab yang notabene lebih kompeten membina atlet.
“Kami melihat program PPOPD bentukan Disbudpora ada syarat kepentingan karena tidak pernah melibatkan pengcab PTMSI,” kata Ketua PTMSI Kabupten Bekasi, Evan Prabowo.
Seharusnya, kata Evan, Dalam merekrut seleksi atlet dilevel pelajar melibatkan pengcab. Atlet yang sudah diseleksi Disbudpora untuk ikut program PPOPD diketahui tingkat SD 5 orang putra dan putri, SMP 5 orang putra dan putri, dan SMA 5 orang putra dan putri. Padahal, beberapa waktu lalu pihak PTMSI sudah rampung melakukan seleksi atlet untuk perhelatan Pekan Olahraga Daerah (Porda) nanti di Bogor.
“Pengcab PTMSI sudah selesai seleksi atlet-atlet yang akan turun di Porda beberapa waktu. Dan kami paham mana atlet yang berbakat dan berpotensi dengan yang tidak. Karena atlet yang ikut seleksi kebetulan banyak usia pelajar,” ungkapnya.
Masih diungkapkan Evan, dalam menseleksi atlet pelajar yang dilakukan pihak penyelenggara PPOPD apakah sudah tepat sasarannya dalam mencari atlet binaan yang berbakat. Karena proses seleksi itu tidak boleh asal.
“Tim seleksinya siapa? Indikator penilaian rektrumennya seperti apa? Dan kompetensi wasitnya bagaimana? Hal ini harus jelas tidak asal melakukan pembentukan seleksi atlet,” sesalnya.
Ia mengkhawatirkan, seleksi program dari Disbudpora bisa dijadikan ajang titipan bagi yang berkepentingan. “Saya khawatir atlet yang direkrut hanya titipan saja. Padahal di klub-klub tenis meja kabupaten bekasi banyak atlet pelajar yang berpotensi,” tegasnya.
Informasinya, dia juga mempersoalkan tempat pelatihan PPOPD binaan atlet pelajar yang diadakan di Ragunan Jakarta yang statusnya menumpang. Untuk tenis meja banyak klub-klub di luar yang menciptakan atlet level nasional misalkan Kediri, di jakarta ada PTM Bromo, dan masih banyak lagi klub lain yang diakui PTMSI pusat.
“Kami khawatir program PPOPD tidak efektif jika Disbudpora tidak berkomunikasi dengan pengcab,” tandasnya.
Perlu diketahui, anggaran untuk PPOPD pada Disbudpora cukup fantastis mencapai Rp 20 miliar di tahun ini. Hanya ada 5 cabang olahraga se kabupaten Bekasi yang menjadi binaan diantara, Tenis meja, sepakbola, sepaktakraw, bola volly dan basket. (BC)