BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Lapas Kelas III Bekasi sudah menjadi salah satu pusat pengolahan plastik di Indonesia sejak pertangan tahun 2017 lalu. Ratusan ribu produk plastik berbagai bentuk sudah diproduksi dari Lapas yang berada di Desa Pasirtanjung Kecamatan Cikarang Pusat ini mulai dari tatakan cangkir kopi, sendok plastik, penutup knalpot sepeda motor, hingga pegangan tameng untuk polisi huru-hara.
BACA : Peralatan Berbahan Plastik Akan diproduksi di Lapas Kelas III Bekasi
Kepala Lapas Kelas III Bekasi, Kadek Anton Budiharta menjelaskan pengolahan plastik di dalam Lapas merupakan salah satu program lapas industri yang dicanangkan Kementerian Hukum dan HAM. Kerja sama itu menghasilkan perjanjian kerjasama dengan keuntungan sebesar 65 persen untuk perusahaan dan 35 persen bagi Lapas. Kerja sama berlangsung selama dua tahun dan akan diperpanjang.
“Karena memang pesanan kemudian mesin-mesin disediakan dari perusahaan tersebut. Kemudian industri ini memang orientasinya bukan profit namun bagian dari pembinaan bagi para penghuni lapas. Meski begitu, pemasukan yang diterima diberikan kepada warga binaan dengan dipotong 15 untuk negara sebagai pemasukan negara non pajak,” kata dia.
Lebih jauh, kata Kadek, pihaknya kini tengah berkoordinasi dengan sejumlah investor untuk turut bekerja sama membangun industri di dalam lapas. “Tentunya dengan lebih banyak pihak yang berinvestasi, proses pembinaan para warga binaan semakin baik. Sebelum kembali ke masyarakat, warga binaan telah siap kembali bekerja,” kata dia.
Sementara itu Muhammad Yusuf (40) warga binaan dalam kasus penyalahgunaan narkoba dengan vonis lima tahun penjara mengatakan sejak bergabung dalam proses produksi pengolahan plastik di Lapas Kelas III Bekasi, dirinya mengaku sudah tidak lagi memiliki waktu untuk memikirkan narkoba.
“Sekarang sudah enggak kepikiran lagi (narkoba), sudah enggak ada waktu. Di sini saja sekarang mah,” kata Yusuf saat ditemui di sela-sela proses produksi bersama sejumlah warga binaan lainnya.
Yusuf mengaku awalnya tidak memiliki dasar bekerja di sebuah industri pengolahan plastik. Ilmu tersebut justru didapat dari rekan sesama warga binaan yang juga bekerja di pabrik milik Lapas ini. “Temannya sudah belasan tahun, dia yang ngajarin ke kami semua. Saya sendiri senang bisa bekerja di sini. Terus tujuannya juga bukan buat cari uang, tapi cari ilmu,” kata dia. (BC)