Pengidap HIV AIDS di Kabupaten Bekasi Terus Meningkat

hiv-aids
hiv-aids

BERITACIKARANG.COM, TAMBUN SELATAN – Jumlah pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Bekasi terbilang tinggi. Dinas Kesehatan mencatat, terdapat 711 orang dinyatakan positif mengidap virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini. Angka tersebut diperkirakan meningkat seiring maraknya aktivitas seksual secara bebas. Bahkan, 13 orang di antaranya meninggal dunia.

Pemeriksaan HIV AIDS terhadap sejumlah waria kerjasama antara LSM Grapiks dan KPA Kabupaten Bekasi
Pemeriksaan HIV AIDS terhadap sejumlah waria kerjasama antara LSM Grapiks dan KPA Kabupaten Bekasi

“Data Dinas Kesehatan dari 2009 hingga 2015 Desember dinyatakan 711 orang positif. Kemudian dalam rentang hingga sampai 2012 lalu, sedikitnya 13 orang meninggal dunia. Itu belum ditambah angka tahun ini yang baru kami temukan,” ujar Komisi Penanggulangan Aids Kabupaten Bekasi Ade Bawono, Kamis (01/12).

Bacaan Lainnya

Berdasarkan data KPA, kata dia, tahun 2016 pihaknya menemukan 147 orang lagi yang baru dinyatakan positif. Jumlah tersebut didapat setelah KPA gencar melakukan sosialisasi. “Jadi setelah gencar dilakukan sosialisasi dan kampanye, kami temukan lagi yang baru. Mereka mengecek dan melapor mengidap,” kata dia.

Di Kabupaten Bekasi, para pengidap tersebut tidak hanya berasal dari perkotaan maupun daerah padat penduduk. Kasus tersebut tersebar di seluruh daerah, termasuk di daerah pesisir dan terpencil. “Jumlah tersebut tidak hanya di kecamatan besar tapi seluruh daerah, di 23 kecamatan sekarang sudah menyebar. Bahkan di daerah pesisir dan terpencil pun kami temukan ada,” kata dia.

Diungkapkan Ade, berdasarkan data Dinas Kesehatan dan temuan KPA tersebut, rata-rata pengidap masih berusia produktif yakni 24-39 tahun. Bahkan terdapat pula pengidap yang masih berusia sekolah. Sayangnya, mereka baru melapor setelah mengidap hampir lima tahun.

“Jadi yang usia 24, sebenarnya mereka telah terinfeksi sejak umur mereka 20 tahun. Kami juga saat ini menangani pengidap sejak dia masih duduk di SMA. Penyebabnya, dia melakukan aktivitas seks bebas,” kata dia.

Ade menyatakan, seks bebas menjadi pemicu utama tingginya jumlah pengidap. Lebih mengkhawatirkan, mereka yang dinyatakan positif bukan hanya pelaku seks namun juga keluarga yang menjadi korban. “Ibu rumah tangga menjadi korban dari suaminya yang menularkan. Selanjutnya, saat melahirkan, anak pun tertular,” katanya.

Menurut Ade, penularan HIV/Aids melalui aktivitas seks bebas ini bahkan mencapai 70 persen dari total kasus. Jauh melebihi penularan melalui jarum suntik dari peredaran narkoba yang mulai mereda sejak 2010.

“Sejak lima sampai tahun lalu memang sudah ada pergeseran dari awalnya akibat narkoba kini seks bebas. Penggunaan jarum suntik narkoba sudah tidak ada lagi, bahkan nyaris nol. Ada yang kami monitor juga tiga orang pengidap dari narkoba tapi itu pun bukan heroin. Kini banyaknya karena seks bebas,” kata dia.

Dari kasus seks bebas tersebut, banyaknya di antaranya karena hubungan sejenis. “LGBT itu memang benar adanya. Mereka yang pasangan sejenis cenderung terinfeksi kemudian karena memang kehidupannya demikian,” kata dia.

Mereka yang mengidap, lanjut Ade, tidak seluruhnya mau berobat. Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Daerah Cibitung, baru 320 orang yang berobat secara rutin. Mereka diberi obat untuk menekan virus tidak berkembang biak. “Sisanya masih belum berobat, ada yang ragu dan juga tidak mau minum obat seumur hidup. Namun sebenarnya itu harus dilakukan untuk membangun daya tahan tubuh agar virus tersebut tidak terus menyebar,” kata dia.

Diungkapkan Ade, tidak hanya sebatas KPA yang bergerak menanggulangi HIV/Aids namun juga masyarakat, terutama keluarga yang anggotanya mengidap. “Karena yang diperlukan bukan hanya pengobatan medis, lebih dari itu dorongan mental, dukungan agar terus semangat,” kata dia.

Ade menambahkan, saat ini selain menanggulangi HIV/Aids, pihaknya pun tengah menggencarkan hubungan HIV dengan TB. Menurut dia, saat ini muncul kedekatan antar kedua virus yang juga menyerang kekebalan tubuh. “Saat ini kami mendorong agar yang mengidap TB juga diperiksa HIV. Karena ketika kekebalan tubuh itu runtuh, bisa memunculkan virus lain,” kata dia. (BC)

Pos terkait