Pemkab Bekasi Minta PVMBG Kaji Pergerakan Tanah yang Rusak Belasan Rumah dan Kontrakan di Bojongmangu

Rumah kontrakan Bapak Haji Arta di Kampung  Legok Cariu RT 12 RW 06 Desa Sukamukti, Kecamatan Bojongmangu yang amblas.
Rumah kontrakan Bapak Haji Arta di Kampung  Legok Cariu RT 12 RW 06 Desa Sukamukti, Kecamatan Bojongmangu yang amblas.

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Pemerintah Kabupaten Bekasi meminta bantuan kajian dan penyelidikan lapangan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk memeriksa pergerakan tanah yang merusak belasan rumah dan kontrakan di wilayah Desa Sukamukti, Kecamatan Bojongmangu.

BACA: Pergerakan Tanah di Bojongmangu, BPBD Minta Warga Waspada

Bacaan Lainnya

Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan mengatakan permintaan bantuan kajian ini perlu dilakukan sesegera mungkin guna mengetahui penyebab timbulnya pergerakan tanah tersebut hingga langkah-langkah penanganan yang perlu diambil untuk mengatasinya.

“BPBD telah melakukan assesment terkait dampak yang ditimbulkan. Saya juga sudah minta ke tim PVMBG untuk melakukan kajian apakah lokasi-lokasi itu bisa masih digunakan dengan treatemen tertentu atau harus direlokasi dan lain sebagainya,” kata Dani Ramdan,  Selasa (27/02).

Selama menunggu hasil kajian PVMBG,  pria yang juga menjabat sebagai Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Barat itu juga meminta masyarakat yang berada di lokasi untuk senantiasa waspada serta diimbau melakukan evakuasi mandiri untuk sementara waktu ke rumah saudara atau tetangga.

“Untuk saat ini yang terpenting adalah keselamatan dan nanti kita akan bantu untuk kebutuhan hidupnya selama evakuasi. Kalau sudah dipastikan aman baru kita berikan bantuan untuk perbaikan. Tetapi kalau struktur tanahnya ternyata sudah tidak memungkinkan tentu harus direlokasi,” kata dia.

Sebelumnya, belasan rumah dan kontrakan di Kampung Legok Cariu RT 12 RW 06 Desa Sukamukti, Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi amblas dan retak. Hal tersebut akibat dampak adanya pergerakan tanah.

Berdasarkan pantauan BeritaCikarang.com pada Senin (26/02) siang terdapat belasan rumah dan kontrakan milik warga yang terdampak pergerakan tanah sampai amblas. Selain itu ada tembok yang mengalami retak. Sebagian diantaranya bahkan sudah tidak bisa dihuni kembali.

Salah seorang pemilik bangunan, Miki Andri menjelaskan pergerakan tanah ini mulai dirasakannya sejak satu bulan lalu. Warga waswas bangunan yang mereka tempati bakal roboh karena terdampak pergerakan tanah.

“Awalnya nggak sampai 10 sentimeter sekarang udah ada yang 1 meter. Itu setiap hujan (amblasnya) bertahap ini udah hampir sebulan. Yang ngontrak mah udah pada kabur, pindah karena khawatir bangunan udah pada doyong (miring) dan tembok retak,” ungkapnya.

Warga menduga pergerakan tanah disebabkan karena tidak adanya tanggul penahan tanah di lokasi pembangunan akses jalan menuju tol Jakarta Cikampek (Japek) II di Kawasan Industri GIIC yang berada tak jauh dari halaman belakang rumah warga.

“Sebelum ada proyek mah bangunan nggak ada yang robah (rusak). Nah semenjak ada proyek karena dibawahnya tidak ada pancang (tanggul penahan tanah) tiap hujan gede ada perobahan, sedikit demi sedikit tanahnya mulai amblas,” kata dia.

Sulistiowati pemilik bangunan lainnya, mengaku khawatir kerusakan di rumahnya akan semakin parah dan berpotensi ambruk sewaktu-waktu. Kendati demikian, dirinya ogah mengungsi. Alasannya karena perempuan 40 tahun yang selama ini tinggal bersama suami beserta empat orang anak dan kedua orangtuanya itu tak memiliki tempat tinggal maupun tanah lain.

“Tiap hujan khawatir, was-was karena saya ada anak kecil, takut kenapa-kenapa, takut rubuh juga, tapi mau bagaimana lagi. Karena saya tidak punya rumah atau tanah lain untuk ditinggali,” ungkapnya.

Untuk itu, dirinya berharap pihak-pihak terkait turun tangan untuk menyelesaikan persoalan tersebut.  “Kita pengen ada kejelasan ya, pertanggungjawaban lah dari  pihak-pihak terkait untuk dicarikan solusi dan dilakukan perbaikan,” ungkapnya.

Ketua RT 12 RW 06 Desa Sukamukti, Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Isam Anton mengaku hingga kini pihaknya masih berkordinasi dengan aparatur pemerintah desa setempat dan terus mendata serta memantau perkembangan kondisi bangunan warga yang terdampak pergerakan tanah.

“Jumlah yang longsor (amblas) kalau nggak salah 12 rumah, cuman untuk yang kontrakan jumlahnya memang lumayan banyak pak,” kata dia. (dim)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pos terkait