BERITACIKARANG.COM, CIKARANG SELATAN – Dalam rangka Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kepada peserta didik baru, SMK Pariwisata Cikarang Selatan menggelar acara sosialisasi alat musik etnik Karinding. Acara dilangsungkan di aula sekolah, Rabu (19/07) siang.
Ferri Firdaus selaku Kepala SMK Pariwisata Cikarang Selatan menyatakan penting bagi pihaknya sebagai insan pariwisata untuk mengenal dan turut serta dalam melestarikan seni budaya di Jawa Barat khususnya Kabupaten Bekasi. Apalagi SMK Pariwisata yang dia bina merupakan satu-satunya sekolah dengan jurusan akomodasi perhotelan yang ada di kawasan Cikarang.
Seni dan budaya, kata Ferri, adalah satu aset dan produk yang bernilai tinggi dalam dunia pariwisata. Sehingga menjadi sebuah keharusan bagi pihaknya untuk mengenalkan salah satu kesenian yang berkembang di Kabupaten Bekasi, yakni Karinding.
“Karinding adalah salah satu diantara beberapa kesenian yang ada di Kabupaten Bekasi yang kami pilih untuk disosialisasikan kepada para peserta didik baru dalam acara MPLS tahun ajaran 2017-2018 di SMK Pariwisata,” kata Ferri.
Dia berharap ke depannya dunia pendidikan dapat terus berkolaborasi dan bersinergi dengan budaya sehingga terciptanya generasi penerus yang berpendidikan, berakhlak mulia dan mencintai bangsanya sendiri. “Kata Almarhum Asep Sunandar, ‘Jika rusak budaya satu bangsa, maka rusak pula bangsa nya,” lanjut Ferri menjelaskan.
Dalam sosialisasi karinding ini, SMK Pariwisata Cikarang Selatan bekerjasama dengan Padepokan Galuh Surrawisesa Cikarang Pusat dan Komunitas Karinding Tarumanagara. Ki Surra selaku pupuhu Karinding Tarumanagara menjelaskan bahwa karinding merupakan alat musik etnik yang berkembang di wilayah Bekasi Jawa Barat yang termasuk alat musik kuno atau purba. Karinding sendiri berukuran hanya sejengkal tangan orang dewasa dan terbuat dari bambu.
Dijelaskan Ki Surra, ada dua jenis karinding, pertama karinding tepak dan karinding toel. “Meskipun ini alat musik purba, namun dengan kemajuan zaman karinding bisa dikolaborasikan dengan macam-macam musik modern seperti reggae, DJ, dan lainnya. Bahkan karinding juga bisa menghasilkan suara Lailla Haillallah,” jelas Ki Surra.
Setelah memberikan penjelasan, Ki Surra langsung tampil memainkan karinding. Peserta MPLS SMK Pariwisata terlihat sangat antusias karena baru menyadari bahwa alat musik karinding ini suaranya unik dan khas. Tak sekedar melihat, Ki Surra pun memberikan 20 karinding dan para peserta pun diajak untuk memainkan langsung karinding.
“Cukup waktu lima menit untuk belajar memainkan karinding. Jika ingin belajar membuat karinding bisa datang ke padepokan,” ujarnya.
Sementara itu Direktur Eksekutif Tiksa Institute Ahmad Djaelani mengapresiasi SMK Pariwisata Cikarang Selatan yang mengadakan sosialisasi karinding dalam kegiatan MPLS. Menurutnya, materi pengenalan seni budaya daerah sudah seharusnya masuk ke sekolah dan dikenalkan sedini mungkin kepada para siswa.
Apalagi saat ini, gempuran seni budaya dari luar gencar masuk dan mempengaruhi kalangan remaja. Jika dibiarkan, kata Djaelani, bukan tidak mungkin generasi muda akan kehilangan jati diri dan melunturkan sikap nasionalismenya.
“Inisiasi SMK Pariwisata dalam mengenalkan seni budaya daerah ini sangat bagus. Bila perlu pemerintah daerah turun tangan mewajibkan sekolah-sekolah lain di Kabupaten Bekasi untuk mengenalkan seni budaya daerah yang berkembang di Bekasi kepada para siswa. Itu tidak mustahil untuk dilakukan, jika pemerintah mau,” pungkas Djaelani. (BC)