BERITACIKARANG.COM, CIKARANG SELATAN – Pemuda harus mengambil peran yang signifikan dalam Pilkada Kabupaten Bekasi yang akan digelar Februari 2017 mendatang. Hal itu lantaran pemuda dapat menentukan hasil akhir Pilkada.
Demikian disampaikan Ketua Komunitas Pemilih Muda Kabupaten Bekasi (Kopi Dasi) Ahmad Djaelani saat acara diskusi mengenai peran vital pemuda dalam Pilkada Kabupaten Bekasi 2017 di Gedung Serbaguna (GSG), Cikarang Selatan, Sabtu (13/08).
Menurut dia, berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Presiden 2014, tercatat 2,1 juta pemilih yang 30 persennya yaitu 723,186 merupakan pemuda dengan usia di bawah 30 tahun.
Sementara itu, lanjut Djaelani, angka yang didapat oleh pasangan terpilih Neneng Hasanah Yasin-Rohim Mintareja pada Pilkada tahun 2012 sebesar 442,857 suara atau 41,06 persen. Sedangkan, untuk Pilkada tahun 2017 nanti, KPU Kabupaten Bekasi memprediksi DPT akan mengalami kenaikan hingga mencapai 2,4 juta pemilih.
“Artinya, secara matematis keberadaan pemilih muda di kabupaten Bekasi sebenarnya dapat menentukan hasil Pilkada mendatang. Dengan kata lain, besarnya jumlah pemilih muda di Kabupaten Bekasi, merupakan peluang bagi kaum muda untuk membuat perubahan,” kata dia.
Masih menurut Djaelani, jika melihat angka tersebut tak heran jika pemuda di Kabupaten Bekasi menjadi objek politik yang diincar partai untuk menaikkan calon yang diusungnya. “Sangat disayangkan, pendidikan politik bagi pemuda masih sangat minim. Sehingga tak jarang akhirnya keberadaan mereka ini hanya dimanfaatkan dan digiring oleh partai politik,” ujarnya.
Ia pun berharap pemuda Kabupaten Bekasi mau melek politik. Karena menurutnya, kepekaan terhadap politik akan membuat keberadaan pemuda semakin diperhitungkan.
“Pemuda saat ini masih tabu untuk membicarakan politik. Kritis adalah sesuatu yang harus dihindari. Sikap apatis pemuda seperti itu yang harus dihindari. Di satu sisi kita mengkritik, tapi di sisi lain kita tidak mau terlibat dalam pemecahan masalah,” sambungnya.
Selain minimnya pendidikan politik, kecenderungan pemilih muda juga bersikap apatis dan terkesan anti politik karena kejenuhannya melihat realita politik saat ini yang justru menjadi ajang jual beli suara dan praktek money politik.
Sementara itu, Kepala bidang program dan pendidikan politik Kopi Dasi, Nurlis Tanjung menuturkan bahwa fenomena tentang buruknya sistem politik yang berjalan saat ini seharusnya bukan menjadi alasan bagi kaum muda untuk menjadi apatis.
“Melihat begitu vitalnya peran pemilih muda, maka sudah seharusnya pemuda menentukan sikap dan turut berperan serta aktif dalam proses politik. Karena mau tidak mau politiklah yang akan melahirkan kebijakan-kebijakan dalam hal sosial, ekonomi, dan budaya,” paparnya.
Kebijakan- kebijakan itulah yang menurut Nurlis akhirnya akan menentukan nasib rakyat. “Oleh karena itu, pemuda harus kembali pada trahnya sebagai kaum yang progresif dan revolusioner. Sikap kritis dan gagasan pemuda sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki sistem pemerintahan yang berjalan saat ini,” pungkasnya. (BC)