Kemarau di Kabupaten Bekasi, Petani Padi Dihimbau Beralih Ke Sayur Mayur dan Palawija

Petani Palawija saat mengambil air menggunakan pompa air di Situ Abidin, Kecamatan Bojongmangu.
Petani Palawija saat mengambil air menggunakan pompa air di Situ Abidin, Kecamatan Bojongmangu.

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT  – Kekeringan lahan akibat kemarau terjadi juga di Kabupaten Bekasi. Namun tidak sampai menyebabkan gagal panen, para petani menilai kekeringan seharusnya dapat diprediksi karena telah terjadi hampir setiap tahun.

“Setiap tahun kayak gini terus, enggak ada kemajuan. Air susah, saluran juga kering,” kata Aman (41), salah seorang petani asal Kecamatan Sukatani, Kamis (09/08).

Bacaan Lainnya

BACA : Cegah Kekeringan, Dinas Pertanian Minta Petani Kabupaten Bekasi Cocok Tanam Sesuai Jadwal

Aman mengaku sawahnya mulai mengering sejak Juli lalu. Kekeringan diakibatkan hujan tak kunjung turun, sedangkan pasokan air dari irigasi pun berkurang.

“Ya dari pada kering, pupuknya ditambahin, biasanya 2 kilogram misalnya, ditambah jadi tiga kilogram. Tapi tetep aja, pengaruhnya jadi pertumbuhan padinya lambat,” ucapnya.

Sementara itu Kepala Bidang Tanaman Pangan di Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Nayu Kulsum mengaku kesulitan menangani sawah yang kekeringan. Menurut dia, meski telah diberikan bantuan pompa air untuk pengairan kepada kelompok tani, upaya tersebut tidak cukup membantu. Pasalnya, sulit menemukan sumber air di lapangan yang mulai mengering.

”Untuk saat ini masalah kekeringan sawah, kami akui belum total memberikan solusi kepada masyarakat. Sebab kalau sudah musim kering, sumber airnya itu yang jadi masalah. Namun sejumlah langkah lainnya tengah kami upayakan,”ujarnya.

Salah satu upayanya yakni mengajak Perusahaan Umum Jasa Tirta II (PJT) untuk bekerjasama dengan membuat sodetan sehingga dapat dialirkan ke pertanian. Langkah itu telah di lakukan di wilayah selatan, seperti di Cibarusah dan Bojongmangu.

“Di samping itu, kami juga mendorong petani agar tidak menanam tanaman yang memerlukan banyak air, tapi dialihkan menjadi sayur mayur ataupun palawija. Seperti sawah daerah Sukatani seluas 2 hektar ditanam kembang kol, yang penting lahannya bisa difungsikan bercocok tanam untuk perekonomian masyarakat,” kata Nayu. (BC)

Pos terkait