Harga Jengkol di Cikarang Meroket Hingga Rp100 Ribu Per Kilogram

Jengkol Pasar Induk Cibitung
Jengkol Pasar Induk Cibitung

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG UTARA – Harga jengkol di pasar tradisional Kabupaten Bekasi mengalami lonjakan tajam dalam sepekan terakhir. Komoditas ini dijual dengan harga Rp90.000 hingga Rp100.000 per kilogram, mendekati harga daging sapi. Kondisi ini memicu keluhan dari pedagang hingga konsumen.

Helmi Yenti, Kepala Bidang Pengendalian Barang Pokok dan Penting (Bapokting) pada Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, mengungkapkan bahwa kenaikan harga tersebut disebabkan oleh kelangkaan pasokan jengkol dari para bandar dan petani.

Bacaan Lainnya

“Sekarang jengkol lagi favorit ya, harganya sangat tinggi. Bahkan sudah lebih mahal dari daging ayam dan hampir menyamai harga daging sapi,” ujar Helmi, Kamis (31/07).

BACA: Dijamin Sedep! 3 Rekomendasi Warung Makan Khas Betawi di Kabupaten Bekasi

Ia menjelaskan bahwa pasokan jengkol ke wilayah Bekasi biasanya berasal dari petani lokal serta distribusi dari Pasar Induk Cibitung yang mendatangkan jengkol dari Jawa, Bengkulu, dan Lampung. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, suplai dari daerah-daerah tersebut mengalami penurunan signifikan.

“Menurut para agen dan bandar jengkol, stoknya memang sedang langka. Selain itu, saat ini pohon jengkol sedang berbunga, belum memasuki masa panen,” jelasnya.

Meski jengkol tidak tergolong bahan pokok yang memengaruhi inflasi, Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi tetap melakukan pemantauan terhadap pergerakan harga komoditas tersebut. Helmi Yenti menegaskan bahwa pihaknya ingin masyarakat tetap dapat menikmati makanan favoritnya meskipun terjadi lonjakan harga.

“Kami ingin masyarakat tetap bisa menikmati makanan favoritnya. Walaupun bukan bahan pokok, ini tetap kami perhatikan,” tambahnya.

Helmi memperkirakan bahwa harga jengkol akan kembali stabil sekitar dua bulan ke depan, seiring dengan musim panen yang diperkirakan mulai pada akhir Agustus. “Biasanya akhir Agustus sudah mulai panen. Sekarang pohonnya masih berbunga,” pungkasnya.

Kelangkaan jengkol tidak hanya berdampak pada harga di pasar, tetapi juga merugikan pedagang makanan yang mengandalkan jengkol sebagai bahan utama menu mereka. Salah satunya adalah Yanti (45), pedagang nasi uduk.  “Harga sekarang gila-gilaan. Biasanya saya beli Rp50 ribu per kilo, sekarang nyaris dua kali lipat. Akhirnya saya nggak bikin semur jengkol dulu, pelanggan banyak yang kecewa,” keluhnya.

Selain pedagang, warga juga merasakan dampak lonjakan harga ini. Nasrullah (38), warga Cikarang Utara, mengaku kecewa karena keluarganya sangat menyukai jengkol sebagai lauk sehari-hari. “Kami di rumah doyan banget sama jengkol. Tapi sekarang mahal banget, saya pilih nggak beli dulu. Ya mungkin ganti yang lain dulu lah,” kata dia. (DIM)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pos terkait