BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Fenomena “fatherless” atau ketiadaan figur ayah dalam kehidupan anak menjadi perhatian serius di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Bekasi. Kondisi ini menggambarkan situasi di mana anak-anak tumbuh tanpa kehadiran ayah, baik secara fisik maupun emosional, yang berdampak signifikan terhadap perkembangan psikologis dan sosial mereka.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Bekasi, Fahrul Fauzi, menyebutkan bahwa peran ayah dalam pengasuhan anak di wilayah tersebut masih kurang dominan dibandingkan ibu. Salah satu faktor utama penyebabnya adalah kesibukan ayah di tempatnya bekerja.
“Sejauh ini untuk di Kabupaten Bekasi peran penting ayah dalam pengasuhan tidak sedominan Ibu. Ayah banyak sibuk bekerja, beraktifitas dan lain-lain, sehingganya peran dalam keluarga masih kurang,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Bekasi, Fahrul Fauzi, Rabu (12/11).
BACA: Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Kabupaten Bekasi Terus Meningkat
Fahrul menjelaskan bahwa ketiadaan figur ayah dapat memengaruhi stabilitas emosi anak. “Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung mengalami kesulitan dalam membangun rasa percaya diri dan menghadapi tantangan hidup. Kehadiran seorang ayah bukan hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai sosok yang memberikan rasa aman dan teladan dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
Fenomena ini juga berkaitan dengan meningkatnya masalah sosial di kalangan remaja. Beberapa laporan menunjukkan adanya korelasi antara ketiadaan figur ayah dengan angka kenakalan remaja, putus sekolah, hingga keterlibatan dalam perilaku negatif seperti penyalahgunaan narkoba dan konsumsi alkohol.
Sebagai upaya menangani permasalahan ini, Pemerintah Kabupaten Bekasi telah meluncurkan berbagai program, salah satunya adalah konseling keluarga dan kampanye pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak. “Untuk mengatasi dampak ini, diperlukan dukungan psikologis dan konseling untuk membantu anak-anak fatherless mengatasi masalah emosional dan perilaku yang muncul,” ungkap Fahrul.
Selain itu, Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) juga telah digalakkan untuk memperkuat peran ayah dalam keluarga, baik secara fisik maupun emosional. Program ini bertujuan mendorong para ayah agar lebih hadir dan terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka.
“Menjadi ayah teladan bukan berarti harus sempurna. Tetapi bagaimana figur ayah benar-benar hadir, menjadi panutan, tempat anak mengadu, berdiskusi, dan merasa dekat secara emosional. Itu yang diharapkan anak-anak kita,” tandasnya. (DIM)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
















