BERITACIKARANG.COM, CIKARANG TIMUR – Penggiat sosial di Kabupaten Bekasi menuding pihak Perum Jasa Tirta (PJT) II dan Balai Besar Wilyah Sungai Citarum (BBWS) telah menghambat Program Presiden Jokowi tentang Ketahanan Pangan.
Tudingan ini dikarenakan belum dilakukannya pembangunan infrastruktur irigasi pertanian yaitu perbaikan 2 bendungan irigasi pesawahan yang ambruk, yakni Bendungan Kedung Gede (BKG) 5 dan 6 di Desa Cipayung dan Desa Labansari, Kecamatan Cikarang Timur.
Ketua LSM SNIPER INDONESIA (Solidaritas Transparansi Intelektual Pemerhati Indonesia), Gunawan mengatakan, bendungan tersebut sudah lama jebol namun belum ada upaya perbaikan dari pihak pemerintah. Seharusnya pihak terkait bertanggungjawab dan segera turun tangan menangani jebolnya kedua bedungan tersebut yaitu Perum Jasa Tirta II (PJT), BBWS dan Pemprov Jawa Barat.
Kata Gunawan, sudah 3 tahun ini bendungan BKG dibiarkan rusak, petani terpaksa turun tangan untuk memperbaiki secara swadaya dengan menggunakan karung berisi tanah untuk menahan debit air.
“Harusnya cepat tanggap dong, jangan sampai para petani menjadi kesulitan air untuk mengairi sawahnya. Silahkan saja dicek langsung, kondisi bendungannya sebagian konstruksi jebol dan jebolnya bendungan BKG bedampak langsung sulitnya air untuk sawah juga menghambat ekonomi masyarakat karena bendungan BKG juga menjadi Jembatan transportasi masyarakat,” kata dia, Jum’at (09/09) pagi.
Bila ini dibiarkan, sambungnya, akan berdampak pada kehidupan petani secara langsung, karena petani selalu menuai kerugian yang diakibatkan karena jebolnya bendungan hasil panennya menurun karena selalu terganggu kekurangan air dan juga banjir. Apalagi menurutnya, Desa Labansari dan Cipayung menjadi sentral andalan penghasil beras dari Kabupaten Bekasi.
“April tahun 2016 ada tim kajian dari ITB dan ITS untuk DED, namun tak kunjung ada realisasi perbaikan, sementara ratusan hektar sawah milik petani sangat membutuhkan air, sampai petani harus alami penurunan hasil panen sebanyak 50%, karena jika petani butuh air kurang pasokan dan harus rela menggunakan mesin pompa untuk mengairi sawahnya” Kata dia.
Ditempat terpisah Adang Wahyudin (47) pemilik sawah di Desa Labansari mengeluhkan kekurangan air pada sawahnya yang dibajaknya.
“Bagaimana bisa menambah produksi hasil panen jika selalu kekurangan air. Jika hasil panen selalu berkurang kami tidak mampu menghidupi kebutuhan keluarga karena pertanian adalah sumber penghidupan utama disini,” kata dia.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Perum Jasa Tirta II, Balai Besar Wilayah Sungai Citarum dan Pemprov Jabar masih belum bisa dimintai tanggapannya. (MRW)