Disperkimtan Kabupaten Bekasi Dorong Penurunan Stunting Lewat Program SPALD-S

Kepala Dinas Perumahan, Permukiman, dan Pertanahan (Disperkimtan) Kabupaten Bekasi, Nurchaidir.
Kepala Dinas Perumahan, Permukiman, dan Pertanahan (Disperkimtan) Kabupaten Bekasi, Nurchaidir.

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Dinas Perumahan, Permukiman, dan Pertanahan (Disperkimtan) Kabupaten Bekasi terus berupaya mendukung penurunan angka stunting melalui pelaksanaan program Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S). Program ini berfokus pada pembangunan fasilitas sanitasi, seperti jamban atau WC, di rumah-rumah warga guna meningkatkan kebersihan lingkungan dan mencegah perilaku Buang Air Besar (BAB) sembarangan.

Kepala Disperkimtan Kabupaten Bekasi, Nurchaidir, menyampaikan bahwa pembangunan fasilitas sanitasi ini diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat, khususnya di kawasan bantaran sungai. “Dengan terbangunnya jamban atau WC, sanitasi lingkungan rumah menjadi lebih baik. Masyarakat diharapkan menjaga kebersihan dan terhindar dari lingkungan yang tidak sehat,” ujarnya, Kamis (14/08).

Bacaan Lainnya

Nurchaidir mengungkapkan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan dalam upaya penurunan stunting. Ia menegaskan bahwa penurunan prevalensi stunting sebesar 5 persen di Kabupaten Bekasi dalam beberapa tahun terakhir merupakan hasil kerja bersama dari berbagai pihak. “Kalau tidak berkolaborasi, tentu hasilnya tidak akan signifikan seperti ini,” tambahnya.

BACA: Masih Banyak Warga Kabupaten Bekasi BAB Sembarangan

Pada tahun 2025, Disperkimtan telah mengalokasikan pembangunan 1.652 unit fasilitas SPALD-S yang tersebar di 18 kecamatan. Dari jumlah tersebut, 782 unit bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bekasi, sedangkan 870 unit lainnya berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN. Nurchaidir menyebutkan bahwa seluruh unit yang bersumber dari APBD telah selesai dibangun, sementara pengerjaan unit dari DAK masih berlangsung dengan target penyelesaian pada November atau Desember 2025.

Untuk memastikan intervensi yang tepat sasaran, data kebutuhan pembangunan jamban disesuaikan dengan hasil surveilans dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. Kawasan bantaran kali menjadi salah satu lokasi yang paling sering ditemukan perilaku BAB sembarangan. Namun, Nurchaidir optimistis bahwa kebiasaan tersebut mulai berkurang seiring dengan pembangunan fasilitas sanitasi. “Sekarang orang sudah malu buang air sembarangan di jamban terbuka. Sudah mulai sadar untuk menjaga kebersihan lingkungan,” pungkasnya. (DIM)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pos terkait