BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi telah menerjunkan petugas ke lapangan untuk mengidentifikasi adanya pencemaran atau tidak di sungai yang berada di wilayah utara Kabupaten Bekasi.
Langkah ini dilakukan setelah ribuan ikan di sungai dan tambak warga dikabarkan mati secara mendadak pada tanggal 04 November 2018 lalu.
BACA: Penanganan Dugaan Pencemaran Sungai oleh Dinas LH Kabupaten Bekasi Dipertanyakan
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, Jaoharul Alam membenarkan hal itu. “Kita juga sudah sampaikan persoalan ini ke DPRD Kabupaten Bekasi. Jadi setelah ditelurusi, ternyata sumbernya bukan dari pencemaran (limbah-red) tetapi kemungkinan ada yang sengaja meracuni ikan-ikan di kali untuk diambil kemudian berdampak ke tambak,” ungkapnya, Jum’at (30/11).
Namun demikian, pihaknya tidak mengetahui secara pasti apakah petugasnya sudah melakukan pengujian kualitas air sungai atau belum. “Nah itu ada di Pak Arnoko,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, warga di Kp. Sembilangan Desa Samudera Jaya Kecamatan Tarumajaya dan di Kp. Sembilangan Desa Hurip Jaya Kecamatan Babelan mempertanyakan penanganan dugaan pencemaran sungai dan tambak di wilayah mereka.
Ketua Forum Pemuda Pecinta Lingkungan (FPPL), Muhammad Sahili mengatakan belum ada jawaban pasti mengenai penyebab matinya ribuan ikan di sejumlah sungai dan tambak warga.
Padahal, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi dikabarkan sudah melakukan peninjauan ke lokasi pada tanggal 7 November 2018 lalu. Namun ia mengaku heran karena hingga saat ini tidak ada informasi lanjutan yang diterima warga.
“Belum ada kepastian apa penyebabnya. Setelah turun, pihak Dinas Lingkungan Hidup juga tidak ada komunikasi dengan warga. Warga tidak dapat kabar apa-apa,” ujar Sahili dengan bingung, Sabtu (24/11).
Menurutnya, pada tanggal 04 November 2018 silam ribuan ikan diketemukan mati dan mengapung di Sungai Kaloran. Selain di sungai Kaloran, kejadian serupa juga terjadi di 6 saluran air lainnya yang melintasi pemukiman warga di wilayah setempat dan menghubungkan dengan laut Utara Kabupaten Bekasi seperti sungai prepet atau arjo, sungai wates, dll. Dugaan pencemaran sungai ini tentunya telah merusak mata pencaharian warga yang berprofesi sebagai petani tambak dan menggantungkan hidupnya pada sungai.
“Sampai dengan kemarin, total ada sudah ada 27 tambak milik warga yang terkena dampak. Mayoritas ikan-ikan di tambak yang airnya berasal dari sungai celeng (mabuk-red) kemudian mati. Kalau dulu banyak ikan yang pada ngambang, mati. Terus diambilin untuk dijual ala kadarnya dan ada juga yang hanyut,” ungkapnya.
Sementara itu Ketua DPC Benteng Bekasi Kecamatan Tarumajaya, Heriansyah berharap kondisi ini segera ditindaklanjuti karena menyangkut dengan mata pencarian utama warga.
“Harus ditindaklanjuti karena warga disini jelas merugi. Ikan yang mati itu biasanya harganya Rp 20 ribu per kilo tetapi cuma bisa dijual Rp 4 ribu per kilo karena kondisinya begitu. Paling dipakai buat ikan asin. Maka harusnya ditindaklanjuti dan warga tau ujung ceritanya. Tolonglah, pejabat di atas sana perhatikan kami dan bantu atasi agar tidak terulang lagi,” tandasnya. (BC)