BERITACIKARANG.COM, CIKARANG SELATAN – Paguyuban Bekasi Pakidulan mengadakan acara kegiatan Ngawangkong Budaya Sorangan (Ngawadang) dan buka puasa bersama di Aula Kantor Desa Sukadami, Cikarang Selatan, Sabtu (02/06). Hadir dalam kegiatan ini sejumlah komunitas budaya dan komunitas pemuda di Kabupaten Bekasi.
Ketua Umum Paguyuban Bekasi Pakidulan, Ahmad Djaelani menyampaikan bahwa Bekasi Pakidulan merupakan sebuah komunitas masyarakat yang berada di wilayah selatan Kabupaten Bekasi yang mayoritas berkultur Sunda.
Pembahasan Ngawadang (Ngawangkong Budaya Sorangan) menjadi acara yang diutamakan dalam kegiatan kali ini. Ngawangkong merupakan istilah dari bahasa Sunda yang memiliki arti diskusi. Seluruh pihak yang hadir diajak berdiskusi terkait tema yang diangkat yaitu “Sunda dan Bekasi Pakidulan”.
“Pembicara tadi ada dari Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Bekasi, Ketua DPRD, pegiat seni budaya. Kita berharap kegiatan ini dapat menggugah orang Bekasi Pakidulan untuk lebih melestarikan budayanya sendiri, dalam hal ini budaya Sunda,” kata Djaelani.
Ditanya soal letak administratif Bekasi Pakidulan, Djaelani menyebut bahwa wilayah Bekasi Pakidulan dahulu sejarahnya sebelum tahun 1950 masuk ke Distric Tjibaroesa, Kabupaten Bogor. Jika dilihat secara secara administratif, wilayah Bekasi Pakidulan sekarang menyebar terbagi ke dalam beberapa kecamatan mulai dari Lemahabang Cikarang Utara sampai Bojongmangu, dari Kecamatan Setu sampai Kecamatan Cikarang Timur. “Jadi Bekasi Pakidulan ini semacam jadi ruang kultural orang Kabupaten Bekasi di wilayah selatan,” tambahnya.
Sementara itu Ketua DPRD Kabupaten Bekasi Sunandar menyambut baik dengan adanya Bekasi Pakidulan melalui kegiatan Ngawadangnya. Kegiatan positif yang mengangkat nilai-nilai budaya lokal menurutnya harus terus dilakukan. Sebab saat ini, khususnya generasi muda di Kabupaten Bekasi menghadapi tantangan soal lapangan pekerjaan, ekonomi, dan krisis identitas.
“Saya kemarin ke SMKN 1 Cikarang Selatan, saya tanya semuanya siswa pengen jadi karyawan. Saya minta anak muda jangan malas, sebab persaingan di Bekasi sangat ketat, kami juga sedang mencari solusi agar warga lokal Bekasi yang nganggur bisa bekerja,” papar Sunandar.
Ia juga berharap kepada para pemuda Kabupaten Bekasi khususnya yang ada di Bekasi Pakidulan untuk mempertahankan dan melestarikan identitas kebudayaannya. “Misal kita urang Sunda, harus memakai ikat kepala sebagai identitas. Pakai ikat kepala itu untuk melestarikan budaya kita, pakai ikat bukan untuk jadi dukun,” tandasnya. (BC/DJ)