BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Bencana longsor di Kampung Tembong Gunung, Desa Sukamahi, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Namun, penanganan terkendala oleh keterbatasan anggaran yang belum bisa segera dialokasikan. Perbaikan diperkirakan baru dapat dilakukan setelah pembahasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) perubahan atau bahkan tahun depan.
Pelaksana Tugas Camat Cikarang Pusat, Mamat Raharjo, menyebutkan bahwa jika tidak segera ditangani, longsor berpotensi semakin meluas. Untuk mempercepat penanganan, Pemerintah Kabupaten Bekasi berupaya menggandeng pihak swasta melalui program CSR atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP). Sejumlah perusahaan telah diundang untuk membahas solusi bersama atas bencana ini.
“Salah satu perusahaan yang sudah bersedia membantu adalah Delta. Mereka berkomitmen untuk membangun saluran drainase dan melakukan pemerataan tanah dalam waktu dekat,” ujar Mamat, Selasa (03/06).
BACA: Empat Rumah di Kampung Tembong Gunung Nyaris Roboh Akibat Pergerakan Tanah
Meski demikian, Mamat menekankan bahwa kebutuhan paling mendesak adalah pemasangan tiang pancang untuk mencegah pergerakan tanah lebih lanjut. Berdasarkan kajian dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tanah di area tersebut tergolong labil dan berpotensi bergeser kembali.
“Tanah di titik ini bergeser, kemudian nanti di titik lain juga bisa bergeser. Jadi memang tiang pancang sangat kritis untuk mengatasi masalah ini,” tambahnya.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah daerah akan kembali mengundang lebih banyak perusahaan untuk berkolaborasi. “Kami akan menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB), kemudian Bappeda akan menawarkan kepada perusahaan-perusahaan untuk membantu. Sistemnya urunan (patungan), jadi semua pihak berkontribusi,” katanya.
Sebelumnya, sebanyak empat rumah di Kampung Tembong Gunung RT 011 RW 006, Desa Sukamahi, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, terancam roboh akibat pergerakan tanah. Kondisi ini diperparah oleh curah hujan tinggi dalam beberapa bulan terakhir yang menyebabkan tanah amblas hingga kedalaman dua meter. Dalam dua minggu terakhir, situasi semakin memburuk.
Rustala (45), salah satu warga yang rumahnya hampir roboh, mengungkapkan bahwa ia terpaksa mengungsi ke rumah kontrakan yang disediakan oleh pemerintah desa. “Kami tidak punya pilihan lain selain pindah sementara. Kondisi rumah sudah tidak aman untuk ditinggali,” ujarnya, Sabtu (24/05).
Sementara itu, Kanariadi (28), warga Kampung Tembong Gunung yang rumahnya juga terdampak, menyebutkan bahwa total ada delapan rumah yang terkena dampak pergerakan tanah di lokasi tersebut. Namun, empat rumah berada dalam kondisi paling parah dan nyaris roboh.
“Kami berharap ada tindakan cepat dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Kondisinya semakin mengkhawatirkan,” kata dia. (DIM)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS