73% Masyarakat Jawa Barat Konsumsi Air Bersih, Sisanya?

BERITACIKARANG.COM, BOJONGMANGU – Pencemaran lingkungan, khususnya air di Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi isu utama yang menjadi pembahasan dalam puncak peringatan Hari Air Sedunia tingkat Jawa Barat yang digelar di Situ Abidin, Desa Karang Mulya Kecamatan Bojongmangu, Kamis (22/03) siang.

Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan menyatakan kondisi air di Daerah Aliran Sungai di Jawa Barat harus mendapat perhatian serius. Menurut dia, perilaku manusia menjadi salah satu penyebab rusaknya kualitas dan kuantitas air.

“Air itu punya hak untuk tidak dikotori dan kita punya kewajiban untuk tidak mengotori air, hingga aliran air dari mulai hulu, tengah hingga hilir semuanya bersih. Namun, realitanya, pembuangan ke sungai luar biasa dahsyatnya, dan manusia tidak merasa berdosa telah mengotori sungai,” kata Ahmad Heryawan.

Dikatakan dia, saat ini masyarakat Jawa Barat yang mengonsumsi air bersih hanya berkisar sekitar 73 persen. Kondisi itu yang memicu tingginya angka penyakit yang diderita masyarakat akibat air kotor. “Hari ini baru 73 persen masyarakat mengonsumsi dan megakses air bersih, sisanya wallahu alam. Akibatnya, angka kesakitan yang masuk puskemas dan rumah sakit gara-gara air kotor itu masih amat sangat tinggi,” ucapnya.

Menurut Heryawan, kerusakan air tidak hanya terjadi di muara tapi juga dari hulu. Kerusakan pun tidak hanya terjadi di Sungai Citarum namun juga sejumlah sungai lainnya. “Yang saya hafal, yang rusak itu Sungai Citarum, tapi sungai lainnya pun tidak jauh berbeda, sama, hanya kadarnya saja yang berbeda.

Heryawan pun menyinggung soal perubahan lahan yang semula diperuntukkan sebagai daerah resapan, disulap menjadi pemukiman. Alhasil, kondisi tersebut membuat distribusi air tidak merata hingga mengakibatkan bencana banjir di sejumlah tempat.

“Seharusnya air yang terdistribusi ke daerah itu realitif merata, Januari, Februari, Maret ini semua merata. Kalau ada fluktuasi wajar saja, pada saat musim hujan debit sedikti naik, tapi naiknya debit tidak menyebabkan banjir, seharusnya demikian,” kata dia.

“Lalu kenapa sekarang banjir? Berarti ada persoalan. Maka selesaikan masalah persoalannya dengan komitmen menjaga seluruh aliran sungai,” imbuh Ahmad Heryawan.

Ia menegaskan menegaskan, peringatan Hari Air Se-Dunia jangan hanya sebatas seremonial. Dari kegiatan tersebut, harus tercipta perubahan yang dimulai dari perilaku masyarakat. “Maka masyarakat yang hadir saat ini harus menjadi juru kampanye, jangan sampai mengotori sungai. Mulailah menanam pohon di sekitar sungai dan jangan buang apapun ke sungai,” kata dia. (BC)

Pos terkait