TPST Kota Deltamas Jadi Angin Segar untuk Masalah Sampah di Kabupaten Bekasi

TPST Kota Deltamas dibangun hasil kerjasama PT Puradelta Lestari dan PT Mitra Karunia Indah dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA Burangkeng. Pada TPST ini terdapat pengolahan sampah jenis plastik yang diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF).
TPST Kota Deltamas dibangun hasil kerjasama PT Puradelta Lestari dan PT Mitra Karunia Indah dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA Burangkeng. Pada TPST ini terdapat pengolahan sampah jenis plastik yang diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF).

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Di tengah polemik sampah yang terjadi di Kabupaten Bekasi belakangan ini, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kota Deltamas hadir menjadi angin segar bagi masyarakat Kabupaten Bekasi.

TPST Kota Deltamas dibangun hasil kerjasama PT Puradelta Lestari dan PT Mitra Karunia Indah dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA Burangkeng. Pada TPST ini terdapat pengolahan sampah jenis plastik yang diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF).

Bacaan Lainnya

BACA: Dani Ramdan Jadi Kepala Daerah Pertama yang Turun ke TPA Burangkeng, Kades: Jangan Diganti!

Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan menyambut baik kehadiran TPST Kota Deltamas. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah daerah yang tengah mendorong agar seluruh produsen sampah baik sektor rumah tangga, industri manufaktur, ritel hingga jasa makanan dan minuman ikut terlibat dalam upaya penanganan dan pengelolaan sampah di Kabupaten Bekasi.

“Sekarang kita (pemerintah daerah) lagi menyusun regulasi agar produsen-produsen sampah mengolah sampahnya sendiri. Nah Kota Deltamas ternyata sudah menjalankan tugas itu dengan mendirikan TPST ini. Kalau semua melakukan hal seperti ini tentu pemerintah daerah akan terbantu,” kata Dani Ramdan, Selasa (30/07).

Dirinya berharap teknologi RDF di TPST Kota Deltamas ini dapat memaksimalkan upaya penurunan jumlah sampah ke TPA Burangkeng yang saat ini kondisinya telah overload. “Sekarang sampah yang diolah masih 25 ton per shift dan masih bisa dimaksimalkan menjadi 50 ton per hari. Ini sudah diolah dan hampir zero waste,” ungkapnya.

Untuk mendorong agar seluruh produsen sampah terlibat dalam upaya penanganan dan pengelolaan sampah, Dani mengatakan Pemerintah Kabupaten Bekasi akan memberikan sejumlah insentif, salah satunya yakni diskon retribusi pembuangan sampah sisa hasil pengolahan ke TPA.

“Kemudian menjadi priorotas dalam hal perizinannya dan insetif lainnya yang akan disesuaikan dengan kebutuhan.  Misal restoran punya pengolahan sampah nanti akan kita berikan reward,” kata Dani.

Direktur Operasional Kota Deltamas, Tommy Satriotomo mengatakan keberadaan TPST ini menjadi bagian dari Kota Deltamas untuk membantu pemerintah mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA Burangkeng.

“Sampah-sampah yang masuk ke TPST Kota Deltamas ini adalah sampah-sampah non komersil, tidak memiliki nilai jual. Jadi kita coba untuk didaur ulang dan hanya 5 sampai 10 persen sisa sampah (residu) yang dibuang ke TPA,” kata  Tommy Satriotomo.

Pihaknya pun mengaku sangat mendukung upaya pemerintah daerah yang tengah mendorong agar seluruh produsen sampah baik sektor rumah tangga, industri manufaktur, ritel hingga jasa makanan dan minuman ikut terlibat dalam upaya penanganan dan pengelolaan sampah di Kabupaten Bekasi.

“Makanya kedepan harusnya masing-masing kawasan melakukan upaya penangananan dan pengelolaan sampah secara mandiri dan itu harus dibuat kebijakan atau aturan bahwa itu adalah suatu kewajiban. Bayangkan kalau semua kawasan seperti ini, jadi TPA Burangkeng itu cuma kebagian 5 – 10 persen tentu sangat mengurangi beban mereka,” kata dia.

Direktur PT Mitra Karunia Indah Ferry Johan mengatakan, sampah yang diolah di TPST Kota Deltamas terdiri dari dua jenis, yakni organik dan non organik. Sampah organik akan diolah dengan metode komposting dan biokonversi BSF (Black Soldier Fly) menggunakan maggot. Sedangkan sampah non organik akan diolah dengan teknologi RDF.

“Sampah-sampah plastik yang kita olah dengan teknologi RDF kita kirim ke pabrik-pabrik semen sebagai bahan bakar pengganti batu bara dan bisa juga dijadikan bahan bakar untuk mengolah aspal. Harga jualnya sekitar Rp250 sampai 350 ribu per ton, tergantung kadar basah,” kata dia. (DIM)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pos terkait