BERITACIKARANG.COM, CIKARANG BARAT – Tradisi mudik lebaran selalu menjadi momen yang dinanti-nanti oleh masyarakat Indonesia. Berbagai cara dilakukan untuk bisa pulang ke kampung halaman, mulai dari menggunakan kendaraan pribadi, transportasi umum, hingga moda transportasi unik seperti bajaj. Salah satu pemudik yang memilih menggunakan bajaj adalah Jali (55) asal Roxi, Jakarta Barat, yang tahun ini kembali mudik ke Kabupaten Subang bersama tiga orang teman sekampungnya.
Jali mengungkapkan bahwa alasan utama dirinya memilih bajaj adalah untuk menghemat biaya perjalanan. Dengan menggunakan bajaj, ia hanya perlu mengeluarkan sekitar Rp 100 ribu, termasuk untuk makan selama perjalanan. Jumlah ini jauh lebih hemat dibandingkan jika menggunakan bus. “Relatif irit sudah gitu ada sensasinya lah daripada naik bus berjubel-jubelan mending enak naik bajaj,” ujar Jali saat ditemui di Jalan Raya Imam Bonjol, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Kamis (27/03) malam.
Namun, perjalanan menggunakan bajaj saat mudik tidak lepas dari tantangan. Biasanya, perjalanan dari Jakarta ke Subang dapat ditempuh dalam waktu lima jam pada hari biasa. Tetapi, saat momen mudik lebaran seperti sekarang, waktu tempuh bisa mencapai tujuh jam akibat kemacetan yang terjadi di berbagai titik. “Udah macet, mulai masuk dari Bekasi itu udah macet,” keluh Jali.
BACA: Jalur Pantura Kabupaten Bekasi Mulai Dipadati Pemudik
Selain kemacetan, Jali juga mengungkapkan suka dan duka lainnya selama mudik dengan bajaj. Salah satu pengalaman tidak menyenangkan adalah ketika bajaj yang digunakan mengalami mati mesin di tengah perjalanan. Dalam kondisi seperti itu, ia harus meminta bantuan teman untuk menderek kendaraannya. “Ya tiap tahun pakai bajaj, ya dukanya kadang-kadang kalau lagi posisi mogok, nah jauh dari sana ke sini paling kita kontek teman derek,” ceritanya.
Meski demikian, Jali tetap menikmati sensasi unik mudik dengan bajaj. Baginya, perjalanan dengan bajaj memberikan kebebasan untuk beristirahat kapan saja dan di mana saja tanpa tekanan seperti saat menggunakan transportasi umum. “Senangnya kita ya gimana ya? Happy gitu lah beda sama bis udah gitu bisa santai kapan pun kita bisa istirahat,” tambahnya.
Sebagai seorang pemudik yang rutin menggunakan bajaj setiap tahun, Jali berharap agar kemacetan yang selalu terjadi saat mudik bisa diminimalisir di masa depan. Namun, ia juga menyadari bahwa kemacetan sudah menjadi tradisi setiap lebaran. “Harapannya sih, kalau bisa arus lalu lintasnya biar lancar biar cepet, tapi gak bisa kalau lebaran pengen lancar udah tradisi macetlah,” tutupnya.
Mudik dengan bajaj mungkin bukan pilihan utama bagi banyak orang, namun bagi Jali dan rekan-rekannya, moda transportasi ini memberikan pengalaman yang berbeda sekaligus hemat biaya. Tradisi mudik dengan segala suka dukanya tetap menjadi cerita yang penuh warna bagi para pemudik di Indonesia. (SAP)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS