Pemkab Bekasi Bantu Penuhi Pengairan Pertanian

Pj Bupati Dedy Supriyadi meninjau kondisi Saluran Sekunder (SS) Bulak Mangga di Desa Sukajaya, Kecamatan Cibitung. SS Bulak Mangga menjadi salah satu saluran sekunder yang menyuplai kebutuhan air bagi para petani di wilayah utara Kabupaten Bekasi.
Pj Bupati Dedy Supriyadi meninjau kondisi Saluran Sekunder (SS) Bulak Mangga di Desa Sukajaya, Kecamatan Cibitung. SS Bulak Mangga menjadi salah satu saluran sekunder yang menyuplai kebutuhan air bagi para petani di wilayah utara Kabupaten Bekasi.

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG UTARA  – Memasuki musim kemarau ribuan hektar sawah milik para petani di wilayah utara Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mengalami kekeringan. Akibatnya tak sedikit petani yang harus mengalami gagal tanam karena sawah-sawah mereka sudah tidak lagi mendapatkan pasokan air.

Selain curah hujan yang sedikit, kekeringan pada sawah milik petani disebabkan oleh air di sejumlah aliran kali yang menjadi saluran sekunder debitnya semakin menyusut. Kondisi ini mengakibatkan saluran tersier ikut mengering dan tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan air di sawah-sawah para petani.

Bacaan Lainnya

BACA: Bantu Petani Atasi Kekeringan, SDA-BMBK Kabupaten Bekasi Kaji Kebutuhan Anggaran

Merespon hal tersebut, Pj Bupati Bekasi Dedy Supriyadi meninjau langsung 3 lokasi yang menjadi pintu masuknya air ke sawah-sawah milik para petani di wilayah utara Kabupaten Bekasi. Yakni pintu air Kali Cilemahabang di Desa Simpangan Kecamatan Cikarang Utara, Bendungan Kali CBL di Desa Kalijaya Cikarang Barat dan Saluran Sekunder (SS) Bulak Mangga di Desa Sukajaya Kecamatan Cibitung.

“Kita akan lakukan upaya konkrit yang dilakukan pemerintah daerah bersama-sama SKPD terkait. Ini (persoalan kekeringan lahan pertanian) tentunya tidak bisa dibiarkan dan harus kita tuntaskan permasalahan ini agar terjaga ketahanan pangan di wilayah sini,” ungkapnya saat meninjau SS Bulak Mangga CBL di Desa Sukajaya, Kecamatan Cibitung, Selasa (20/08).

Menurutnya, ada beberapa penyebab air dari saluran sekunder tak lagi mengalir ke saluran tersier. Diantarnya diakibatkan adanya penyempitan pada Cross Drain (saluran gorong-gorong) sehingga diperlukan upaya normalisasi hingga perbaikan bendungan atau pintu air yang ada.

“Di tahun ini dari dana anggaran BBWS mungkin perbaikan bendungan. Kemudian akan dibangun di tahun 2025, insyaallah jembatan supaya air bisa lancar. Termasuk penataan kanan kiri sungai ya terutama jangan sampe kita lakukan nanti kegiatan normalisasi, kanan kirinya masih banyak bangunan-bangunan liar, akan sangat menggangu,” ungkapnya

Perwakilan petani Saripudin (39) berharap Pemerintah untuk bisa segera memberikan solusi bagi para petani, yang setiap tahunnya harus mengalami kerugian akibat gagal tanam dan gagal panen lantaran debit air di aliran sejumlah saluran sekunder hingga tersier tak mampu memenuhi kebutuhan pertanian.

“Kalau petani itu mengandalkan pertaniannya sawahnya gitu. Sedangkan ini kebutuhannya untuk keluarga, bahkan gara-gara petani gak nyawah dampaknya besar sekali, buat perdagangan, apalagi anak sekolah,” keluhnya. (***)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pos terkait