BERITACIKARANG.COM, BABELAN – Pasca bencana alam angin puting beliung pada Selasa (15/02) sore kemarin, korban Masuti (35) beserta suami dan dua orang anaknya kini terpaksa mengungsi di rumah saudaranya.
Pasalnya, asbes dan kerangkap atap rumah miliknya yang belum selesai direnovasi itu telah hancur berkeping-keping terhempas angin puting beliung.
“Tinggal di sini sudah dua tahun. Ya karena enggak ada biaya, istilahnya nempatin biar buat enggak kepanasan sama kehujanan saja dulu. Jadi seadanya,” ungkap Masuti saat ditemui di kediamannya di Kampung Tambun Bohir, RT 21/12, Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan hancur, Rabu (16/02).
Di dalam rumah seluas kurang lebih 60 meter persegi itu, terdapat satu ruang tamu, dua kamar dan kamar mandi. Namun, keseluruhannya belum ditembok. Hanya terlihat tumpukan hebel yang belum disemen dan diberi cat.
Bahkan ruang tamu masih beralaskan tanah yang ditutupi terpal saja. Kamar mandinya pun belum dilengkapi dengan toilet.
“Ya begini lah keadaannya. Belum disemen ruang tamunya, masih tanah. Saya juga enggak punya toilet. Kamar mandi ya cuma buat mandi saja,” tuturnya.
Tak hanya itu, jendela rumah hanya dipasang kusen tanpa kaca sehingga suaminya terpaksa menutup jendela menggunakan papan triplek.
Kesehariannya, suami Masuti bernama Wawang (38), mencari nafkah dengan cara berjualan sayur keliling menggunakan sepeda motor.
Penghasilannya pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan dua orang anaknya yang masih duduk di kelas XI SMK dan III SD.
“Suami dagang sayur keliling kampung. Berangkat beli dagangan jam 4 subuh, jam 6 pagi baru ngider. Pulang habis Dzuhur biasanya. Kalau saya cuma jaga anak saja,” kata Masuti.
Masuti berharap terdapat pihak yang rela membantu membiayai perbaikan rumahnya yang kini porak-poranda diterpa angin puting beliung. “Semoga ada yang bantu Ya Allah,” ungkap Masuti. (BC)