BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Bencana kekeringan di Kabupaten Bekasi makin meluas. Berdasarkan hasil laporan yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi kekeringan tidak hanya terjadi di wilayah selatan, melainkan mulai menyebar ke daerah utara.
“Dalam suatu kesempatan di Babelan, warga sampai bilang kalau melihat mobil oranye seperti melihat sumber kehidupan. Berarti memang makin meluas kekeringannya, terbilang parah. Warga cuma bisa bergantung pada air kiriman,” kata relawan BPBD Kabupaten Bekasi, Andika Rakhman, Senin (07/10).
Akibatnya,saat ini puluhan ribu warga di 8 kecamatan bergantung pada bantuan air bersih yang dikirim untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mandi cuci dan kakus (MCK).
“Titiknya ada dua yang kami pantau paling parah dilanda kekeringan, itu di daerah Cibarusah untuk selatan dan kini di daerah utaranya di Babelan. Kalau totalnya sih kurang lebih ada di delapan kecamatan,” ucap dia.
Kedelapan kecamatan tersebut yakni Serangbaru tepatnya di Desa Sukasari, Nagasari, Sirnajaya dan Nagacipta ; Bojongmangu di Desa Karang Indah, Karang Mulya, Sukabungah dan Karang Indah.
Kemudian Cibarusah di Desa Sindang Mulya, Cibarusah Kota, Sirnajati, Cibarusah Jaya, Ridomanah, Ridogalih; Sukawangi di Desa Sukadaya; Cikarang Selatan di Desa Serang; Cikarang Pusat di Desa Cicau; Babelan di Desa Muarabakti, Bunibakti dan Muaragembong di Desa Pantai Mekar.
“Di tiap desa itu ada beberapa titik. Setiap titik paling sedikit ada 150 kepala keluarga yang terdampak. Jika dikalkulasi secara keseluruhan, ada puluhan ribu warga yang terdampak kekeringan ini,” ucap dia.
Diketahui, kekeringan di Kabupaten Bekasi mulai terjadi sejak Juni 2019 lalu. Cibarusah menjadi titik pertama yang dilanda kekeringan. Warga bahkan harus berjalan beberapa kilometer untuk mendapatkan air bersih.
Sebulan terakhir, kekeringan mulai meluas ke wilayah utara, tepatnya di Kecamatan Babelan. Sulitnya menemukan sumber air bersih membuat warga hanya mengandalkan bantuan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Meski demikian, kiriman air wilayah utara Kabupaten Bekasi tidak dapat disalurkan secara maksimal. Andika mengaku, pihaknya pun kerap kesulitan mendapatkan air untuk dikirimkan pada warga.
“Kalau untuk wilayah selatan masih terus kami kirimkan. Karena sudah ada stasiun air PDAM, maka pengiriman lebih mudah. Dalam sehari kami bisa mengirim air hingga tujuh kali, dari pagi sampai malam. Tapi untuk wilayah utara kami pun sulit mendapatkan air untuk dikirim. Sehingga hanya satu hingga dua kali sehari air yang dikirim. Ini jauh dari yang dibutuhkan,” ucap dia. (BC)