BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Dunia usaha mulai mengeluhkan kepadatan kendaraan yang kerap terjadi di jalur tol Jakarta – Cikampek. Pengerjaan sejumlah proyek di jalan tol membuat kemacetan tidak terhindarkan. Parahnya, kemacetan tersebut tidak diantisipasi dengan penyiapan jalur alternatif.
BACA : Urai Kemacetan, Pemkab Bekasi Diminta Perbanyak Bangun Jalur Alternatif
Para pelaku usaha mengaku merugi akibat kemacetan tersebut. Selain waktu pengiriman lebih lama, kemacetan pun membuat biaya distribusi meningkat. Mereka berharap pengerjaan proyek infrastruktur di jalan tol tersebut berakhir tepat waktu.
“Kami akui tidak bisa berbuat banyak, mau tidak mau kemacetan terjadi dan risiko karena memang sedang ada pembangunan. Tapi kami harap ini berakhir tepat waktu,” kata Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Bekasi, Darwoto.
Dia mengaku sejumlah pengusaha mengeluh akibat kemacetan tersebut dan berharap jalan kembali normal. “Kami tidak minta agar pengerjaan proyek dipercepat karena memang menyangkut keselamatan. Biarkan proyek berjalan tapi sesuai jadwal. Kami harap proyek pengerjaan di jalan tol itu selesai tepat waktu,” kata dia.
Darwoto mengatakan, hambatan yang kerap terjadi pada jalur distribusi memaksa dunia usaha mengeluarkan biaya lebih. Akibat hal tersebut, para pengusaha pun merugi, meski Darwoto tidak menyebut angka pasti dari kerugian tersebut.
“Jika disebut ada kerugian, jelas ada karena kan biaya di pengiriman menjadi berlipat-lipat, belum lagi waktu tempuh yang lebih lama. Angkanya belum pasti namun yang pasti cukup signifikan,” ucap dia.
Seperti diketahui, terdapat empat proyek strategis yang kini tengah dikerjakan di jalan Tol Jakarta-Cikampek, yakni pembangunan jalan Tol Jakarta-Cikampek Elevated, Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek, Simpang Susun Tol Cibitung-Cilincing, dan High Speed Railway (HSR) Jakarta-Bandung.
Akibat pengerjaan tersebut, kemacetan kerap tidak terhindarkan di jalur tol yang menghubungkan Jakarta dengan Bandung atau Cirebon itu. Terbaru, kemacetan terjadi saat robohnya crane kilometer 15 arah Cikampek, pekan lalu. Crane gagal melakukan pemindahan material hingga jatuh menutup empat jalur.
Lebih lanjut dikatakan Darwoto, kemacetan yang terjadi di jalan tersebut tidak diantisipasi secara maksimal, khususnya oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Harusnya dengan berbagai proyek yang dikerjakan di jalan tol, pemerintah menyiapkan jalur alternatif lain yang dapat dilintasi. Meskipun tersedia jalur non-tol, Darwoto mengatakan, kondisinya kurang memadai.
“Seperti contoh Jalan Inspeksi Kalimalang, memang bisa dilalui tapi jika seluruh kendaraan besar dialihkan ke sana kasian juga masyarakat sekitar. Jalan Kalimalang itu kan rencananya akan dibuat dua jalur tapi kenapa tidak segera dibangun. Maksud kami, karena jalur tol sedang ada pembangunan, harusnya disiapkan juga jalur-jalur alternatifnya,” ucap dia. (BC)