Camat Sebut 255 Hektar Lahan Pertanian di Karangbahagia Kekeringan

Camat Karangbahagia, Karnadi
Camat Karangbahagia, Karnadi

BERITACIKARANG.COM, KARANGBAHAGIA –  255 hektar lahan pertanian di Kecamatan Karangbahagia mengalami kekeringan akibat minimnya pasokan air. Salah satu penyebabnya adalah tersumbatnya saluran irigasi sekunder sukatani yang bersumber dari Kali Cilemahabang.

BACA: Alami Kekeringan, Petani di Karangbahagia Terancam Puso

Bacaan Lainnya

Camat Karangbahagia, Karnadi mengatakan total luas sawah di Karangbahagi mencapai 2.600 hektar. Kemudian 1.600 hektar di antaranya mengandalkan saluran irigasi sekunder sukatani.  “Nah dari 1600 hektar itu, catatan kami ada 255 hektar yang mengalami kekeringan,” kata dia, Rabu (07/06).

Lahan pertanian yang mengalami kekeringan tersebut, sambungnya, tersebar di  sejumlah desa. Yakni Desa Sukaraya, Karangrahayu, Karangsetia, Karanganyar, Karangsentosa dan Karangbahagia. Kekeringanan di wilayah ini disbabkan minimnya pasokan air dari saluran irigasi sekunder sukatani.

“Intinya air, lahan pertanian kekuragan air. Kita lihat bersama saluran sekunder sukatani cukup parah. Memang tugasnya pengairan (PJT) namun Pemerintah Daerah atas masukan dari Pemerintah Desa, Kelompok Tani saat ini kita akan berupaya  mengatasi persoalan ini secepat mungkin,” ungkapnya.

Sebelumnya, kekeringan melanda lahan pertanian di wilayah Kecamatan Karangbahagia. Para petani di wilayah ini mengeluhkan padi yang ditanamnya terancam mengalami puso akibat minimnya pasokan air.

Rimun (74), salah seorang petani di Karangbahagia mengungkapkan sawah miliknya memiliki air yang cukup saat pertama kali ditanami padi. Namun, setelah padi berumur 1-2 bulan, sawah miliknya mulai mengering dan kini nyaris tidak ada kandungan air. Alhasil  pertumbuhan padi pun dirasa terganggu.

“Umur padi dua bulan mah ada, tapi padi nggak bisa gede-gede, Waktu nandur bulan April ada air, sekarang kondisinya sama sekali enggak ada air. Padi sebulan setengah sudah susah panen, kalau enggak dibantu sama air.” kata Rimun, Rabu (07/06).

Rimun mengaku memiliki empat petak sawah dengan luas mencapai 6.000 meter persegi. Sawah tersebut ditanami padi jenis inpari 32. Varietas padi yang tahan terhadap penyakit dan hama ini tetap sulit berkembang karena kekurangan air.

“Biasanya begitu ada aer langsung dikasih urea, langsung subur lagi. Tapi ini udah enggak ada air. Kami bulan kemarin sampai demo ke kecamatan,” tuturnya.

Rimun berharap pemerintah segera menangani persoalan ini. Sebab untuk menanam padi, Rimun mengaku sudah merogoh kocek yang tidak sedikit.

“Ya sudah rugi. Sewa traktor sama nandur aja sudah Rp 3 juta. Belum obat sempret Rp 1,7 juta. Sama yang lainnya habis Rp 5,5 juta. Harapannya pengen bagus lagi airnya. Minimal ini bisa balik modal,” kata dia.

Ajat (55) petani di Karangbahagia lainnya mengatakan, keringnya sawah karena sistem irigasi yang buruk. Belum lagi banyak saluran yang terhambat sedimentasi yang tinggi serta tersumbat sampah.

“Jadi saluran di atasnya itu katanya banyak sampah, jadi air kesumbat. Harus ini bisa cepet dibenahin biar air bagus lagi. Kami juga pengennya ini irigasi lebarin biar enggak ada kekeringan lagi,” kata dia. (dim)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pos terkait