Keliling Kampung, Dedi Mulyadi Bangun ‘Kemesraan’ dengan Janda Tua

BERITACIKARANG.COM, BANDUNG  – Ketika seorang pemimpin berkeliling wilayah untuk bertemu tokoh masyarakat, tokoh agama, pengusaha atau pejabat lainnya, tentu hal biasa. Namun, tatkala seorang pemimpin berkeliling desa untuk bertemu para janda tua, itu baru luar biasa.

Hal itulah yang dilakukan Ketua DPD Golkar Provinsi Jawa Barat, Dedi Mulyadi saat berkunjung ke 11 Desa di Kabupaten Bandung pada Kamis (03/08) kemarin.

Bacaan Lainnya

Di hadapan warga di tiap desa yang ia kunjungi, pria yang akrab disapa Kang Dedi itu selalu menanyakan apakah di desa ini ada janda tua atau tidak. Setelah bertemu janda tua, ia kemudian menanyakan hal-hal menyangkut kehidupan pribadi, kondisi ekonomi dan pendapatnya mengenai pemimpin yang ideal.

Kang Dedi kemudian menjelaskan tentang kriteria seorang pemimpin ideal, yang ia perumpamakan sebagai ‘suami’ bagi rakyatnya. Sebagai ‘suami’ seorang pemimpin selayaknya bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh rakyatnya.

Menurut kang Dedi, pangan yang layak konsumsi, pelayanan dokter dan bidan, rumah yang layak huni, pendidikan yang terjangkau dan layanan keuangan yang mudah adalah berbagai hal yang harus disediakan pemimpin sebagai ‘suami’ seluruh rakyatnya. Termasuk untuk para janda tua.

Tak hanya berbincang, pertemuan kang Dedi dengan para janda tua di setiap desa juga dipenuhi oleh senda gurau. Kang Dedi kerap mengucapkan candaan-candaan yang selalu membuat sang janda tua dan seluruh hadirin tertawa.

Bahkan, seringkali kang Dedi merangkul, memeluk, mencium tangan dan mencium kening janda tua yang ia ajak bicara. Hal itu ia lakukan, tanpa sedikitpun rasa ‘jaim’ alias jaga image yang kerap dipertontonkan para pemimpin pada umumnya. Bahasa yang ia gunakan pun adalah bahasa yang sangat bisa dimengerti oleh lawan bicaranya maupun seluruh hadirin.

Janda sendiri seringkali ditempatkan sebagai wanita dalam posisi yang tak menguntungkan dalam masyarakat kita. Posisi yang rendah, tidak berdaya, lemah dan bahkan sering menjadi bahan pergunjingan adalah beberapa hal yang kerap dialami kaum janda dalam masyarakat.

Padahal, beban seorang janda itu sangat berat. Ia harus menjalankan peran ganda dalam keluarga. Di satu sisi, dia harus berperan sebagai ibu dari anak–anaknya, namun di sisi lain dia juga harus berperan sebagai kepala keluarga untuk memberi nafkah pada keluarga.

Maka, bisa dibayangkan betapa beratnya beban seorang janda. Dia harus berjuang agar keluarganya bisa bertahan hidup, dan dia juga dia harus tetap menjaga harkat dan martabat dirinya di tengah ‘gempuran’ stigma negatif masyarakat.

Jadi, kini bisa kita bayangkan pula beban hidup para janda tua yang ditemui kang Dedi di tiap desa. Mereka umumnya  sudah menjalani hidup menjanda dalam kurun waktu paling sedikit belasan tahun. Sebagai orang tua tunggal, mereka harus berjuang membesarkan seluruh anak-anaknya seorang diri.

Karena itulah, janda tua menjadi fokus perhatian kang Dedi setiap berkunjung ke desa-desa. Ia menyapa, berbicara, bercanda bahkan menunjukkan kemesraan pada para janda tua itu semata karena ia tahu, beban hidup mereka tidaklah ringan. Sementara tak banyak tindakan pemerintah maupun masyarakat yang meringankan beban mereka.

Oleh sebab itu, kang Dedi ingin menghibur mereka. Tak banyak pemimpin yang menaruh perhatian besar pada kaum janda tua.

Perhatian itu tak hanya ditunjukkan kang Dedi ketika berkunjung ke desa-desa. Kang Dedi juga menunjukkan perhatian pada para janda tua melalui kebijakan Orang Tua Asuh di  Purwakarta.

Melalui kebijakan ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta telah menjadikan belasan ribu janda tua sebagai ibu asuh para pejabat. Dengan menyandang status ibu asuh, setiap bulannya mereka akan memperoleh bantuan uang dan beras.

Dan ibu asuh yang diangkat kang Dedi melalui program ini tak hanya ada di Purwakarta, tetapi juga tersebar di beberapa tempat lain di Jawa Barat.  Bantuan uang yang diberikan pada kaum janda tua melalui program ini berkisar antara Rp 300.000 hingga Rp 500.000 per bulan. Tak hanya uang, para janda tua itu juga mendapat beras dari Pemkab.

Jadi, kang Dedi tak hanya menunjukkan perhatian pada kaum janda tua melalui sapaan dan candaan. Kang Dedi juga menunjukkan perhatian pada mereka melalui kebijakan yang ia berlakukan. (JI)

Pos terkait