Kadis PPPA Kabupaten Bekasi: Perempuan Bercadar Jangan Minder

Ilustrasi

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT  – Rentetan teror yang terjadi di berbagai daerah beberapa hari terakhir lalu bukan hanya menyisakan duka. Kejadian tersebut juga menimbulkan pandangan negatif bagi perempuan yang memilih berpenampilan menggunakan cadar.

Apalagi belum lama ini, dua perempuan bercadar diamankan oleh pihak kepolisian saat Tim Densus 88 melakukan penggeledahan di rumah terduga teroris di Kecamatan Tambun Selatan. Kemudian, seorang pelaku pengeboman di Surabaya, Jawa Timur juga dilakukan oleh perempuan yang berpenampilan menggunakan cadar.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bekasi, Ida Farida meminta masyarakat tak perlu takut dengan wanita bercadar. Dia tak setuju jika wanita bercadar selalui dikaitkan dengan terduga teroris dan meminta agar masyarakat harus lebih pintar lagi, jangan main tuduh atau curiga dengan perempuan bercadar.

“Menurut saya enggak perlu dicurigakan, saya yakin Intelejen kita lebih pintar kok, bisa melihat siapa yang harus dicurigakan,” ucapnya, Senin (21/05).

Dirinya berharap, perempuan bercadar yang ada di Kabupaten Bekasi khususnya, bisa tetap menjalankan ajaran sesuai syariat agama, jangan merasa minder atau takut selama masih berada di jalan yang benar.  “Intinya jangan minder, jangan takut selama kita di jalan yang benar dan harus lebih rajin lagi bergaul dengan tetangga,” kata dia.

Ditambahkan olehnya, dengan kondisi seperti sekarang, maka warga harus saling mengenal dengan tetangga, terutama orang yang tinggal di lingkungan yang padat dan mengontrak. “Makanya harus tahu tetangga masing-masing, RT dan RW juga harus mengenal semua warganya, silahturahmi harus terus berjalan, agar bisa mengenal satu dengan yang lainnya,” jelasnya.

Sementara itu Anggota DPRD Kabupaten Bekasi dari Fraksi PKS, Fatmah Hanum meminta masyarakat tidak gampang mengeluarkan stigma terhadap perempuan bercadar. Pasalnya, secara umum bersikap dan berprilaku adalah akhlak seseorang. Akhlak yang baik maka perilakunya juga baik sementara akhlak buruk maka perilaku juga buruk.

“Akhlak jangan dilekatkan pada penampilan. Ibarat buku penampilan adalah sampulnya dan jangan melihat buku hanya dari covernya,” kata dia.

Ia menilai masyarakat kadangkala termaka isu atau berita yang belum tentu benar. “Intinya lihatlah lebih dekat sebelum menilai seseorang. Stigma lebih banyak muncul karena simpang siurnya berita. Sikap waspada pada kesimpangsiuran berita amatlah penting, tetapi bersikap curiga prasangka itu capek loooh,” tandasnya. (BC)

Pos terkait