Busana Pengantin Khas Kabupaten Bekasi Tampil di Bridal Festival 2018

Penasihat Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Kabupaten Bekasi, Nurhaety saat memperkenalkan Busana Pengantin 'Kembang Gede' Khas Kabupaten Bekasi versi abangan di acara Bridal Festival 2018, Jum'at (06/04) pagi.
Penasihat Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Kabupaten Bekasi, Nurhaety saat memperkenalkan Busana Pengantin 'Kembang Gede' Khas Kabupaten Bekasi versi abangan di acara Bridal Festival 2018, Jum'at (06/04) pagi.

BERITACIKARANG.COM, CIKARANG PUSAT – Busana Pengantin Khas Kabupaten Bekasi versi abangan yang juga dikenal dengan nama ‘Kembang Gede’ ditampilkan diacara Bridal Festival 2018.

Penasihat Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Kabupaten Bekasi, Nurhaety mengatakan sekilas Busana Pengantin Bekasi  mirip dengan Busana Pengantin Betawi. Namun jika diamati secara detail berbeda.

Bacaan Lainnya

“Sekilas memang mirip tetapi kalau ditelaah dan diamati dengan seksama itu berbeda,” kata Nurhaety saat ditemui di acara pembukaan Bridal Festival 2018 di Graha Pariwisata Komplek Area Stadion Wibawa Mukti, Jum’at (06/04) pagi.

Adapun yang menjadi perbedaan dengan Busana Pengantin Betawi, kata dia, yakni di bagian aksesoris seperti Konde Junjung, Jajagoan, Kembang Pacul, Ceker Ayam, Kembang Goyang serta Parang.

Nurhaety mengatakan Busana Pengantin Khas Kabupaten Bekasi tercipta sejak tahun 2004 lalu.  “Waktu itu kebetulan saya yang ditunjuk sebagai ketua tim penggali Pengantin Bekasi. Cukup lama kami menggali karena kami harus mendatangi para perias-perias tempo dulu dan alhamdulillah di Pebayuran itu ditemukan aksesoris asli Bekasi yang digunakan tahun 1920-an juga di daerah Cibitung,” kata Nurhaety.

Saat ini, kata dia, Busana Pengantin Khas Kabupaten Bekasi sudah diakui oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi sejak tahun 2007 dan telah dibekukan di tingkat nasional di tahun 2014 lalu.  “Tentunya kami tidak berhenti disini, kami terus berupaya agara busana Pengantin Bekasi ini dapat terus dikenal oleh khalayak ramai,” kata dia.

Ia pun meminta Pemerintah Kabupaten Bekasi dapat terus membantu memperkenalkan Busana Pengantin Khas Kabupaten Bekasi. “Harapan saya justru kalau ada para pejabat, misalkan menikahkan anaknya, atau saudaranya, harusnya pakai pakaian ini biar jadi contoh bagi masyarakat. Pakaian khas ini harus terus diperkenalkan. Dulu pernah waktu jaman Bupati Saleh Manaf sekitar awal tahun 2007,” ucapnya.

Nurhaety berharap, melalui Festival Bridal 2018, masyarakat tidak hanya tertarik pada pakaian modern-internasional, namun juga pakaian khas daerah. “Di sini kami juga mencoba mengolaborasikan pakaian adat dengan budaya modern. Namun, lebih dari itu, kami berharap budaya aslinya tetap diminati,” kata dia.

Festival Bridal 2018 merupakan kegiatan Dinas Pariwisata Kabupaten Bekasi yang bertujuan mendorong perekonomian kreatif. Dari 70 stand yang mengikuti Festival Bridal 2018 ini, sekitar 60 persen diantaranya berasal dari Kabupaten Bekasi. Acara ini akan digelar hingga Minggu (08/04) nanti.

Bupati Neneng Hasanah Yasin berharap, dari festival tersebut muncul potensi perancang busana asal Kabupaten Bekasi. “Tentunya Pemerintah Kabupaten Bekasi mendukung berbagai hal yang dapat memajukan perkenomian masyarakat, terutama ekonomi kreatif karena potensi itu ada,” kata Neneng. (BC)

Pos terkait